sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam
by : Tyo_ramadhani
30/10/2009
28/10/2009
SOEMPAH PEMOEDA
Sejarah telah mencatat peran pemuda bagi indonesia.
Dengan momentum sumpah pemuda inilah mari kita sebagai penerus generasi bangsa,
kita tingkatkan nasionalisme kita dengan Bertanah Air, Berbangsa, Berbahasa Satu Indonesia...
Bangkitlah para pemuda indonesia,,,
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928
by : Tyo_ramadhani
Dengan momentum sumpah pemuda inilah mari kita sebagai penerus generasi bangsa,
kita tingkatkan nasionalisme kita dengan Bertanah Air, Berbangsa, Berbahasa Satu Indonesia...
Bangkitlah para pemuda indonesia,,,
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928
27/10/2009
Wejangan Kakang Mas Tarmadji Boedi Harsono, SE (Ketua Umum PSHT Pusat)
Sering saya sampaikan wong Terate nek siji musuh siji nek menang ora kondang nek kalah ngisin ngisini. Luweh becik ora. Nanging nek siji dikrubut wong telu nek menang kondang kalah umum dikeroyok wong telu. (Sering saya sampaikan, warga SH Terate kalau berkelahi satu lawan satu, jika menang tidak tersohor. Lebih baik tidak. Tapi jika satu dikerubut orang tiga, menang kesohor, kalah wajar karena dikeroyok. Maksud ungkapan Ketua Umum SH Terate ini, pelajaran beladiri di SH Terate itu hanya boleh digunakan untuk membela diri. Itu pun jika kita terpaksa dan demi membela kebenaran – pen)
Ini seringkali saya sampaikan, saya ingatkan berkali-kali. Yang paling jahat ki nek wong Terate gak gawe aturan sak penake dhewe. (Yang palling jahat adalah kalau terjadi warga SH Terate tidak tahu aturan dan berbuat semaunya sendiri – pen)
Melalui media malam 1 Muharram ini, saya ingatkan. Gunakan kesempatan yang paling baik di bulan Muharram ini sing gedhe tirakate. Nek iso yo poso, nek ra iso yo ngurangi. Sedino mangan ping telu aku mangan ping pindho. Biasane aku nesu tak empet tak kurangi nesu. Sing biasane tutuk ki cerewet yo malih ora cerewet. Sing biasane aku ra bantu tonggo teparo, aku budal ngewangi tonggo teparo. (Gunakan kesempatan yang paling baik di bulan Muharram ini dengan memperbanyak tirakat. Kalau bisa berpuasa. Kalau tidak kuat puasa, mengurangi jatah makan atau mencegah hal-hal yang jelek. Jika suka marah, kurangi marahnya. Yang biasanya cerewet, mencoba tidak cerewet. Yang biasanya tidak pernah membatu tetangga, membantu tetangga – pen)
Ini saya sampaikan kalau saudara belajar dimuka ojo sok gawe susahe liyan opo alane gawe seneng liyan. ( Ini saya sampaikan, kalau saudara belajar dari ajaran filsafat yang terpasang di depan, di dinding Sasana Kridanggo, di situ tertulis ‘’ Jangan suka membuat susah orang lain, tapi berbuatlah kebajikan pada orang lain – pen). Jika kita bicara tanpa arti, mung waton omong (hanya membual – pen), lebih baik diam. Sebab diam itu emas. Tapi kalau bicaranya punya arti, lebih baik dari pada diam, itu menjadi intan berlian. Tapi kalau bicaranya kurang baik, lebih baik diam gak nambahi doso (tidak menambah dosa – pen). Jadi kalau saya tulis dimuka ini tidak sekedar tulisan (Petuah yang tertulis di dinding depan Sasana Kridanggo, Pedepokan Setia Hati Terate Pusat Madiun – pen). Ojo seneng gawe susah ing liyan opo alane gawe seneng ing liyan.(Janga suka membuat susah orang lain, apa susahnya membuat senang orang lain – pen).
SH Terate itu mendidik agar supaya hati kita itu bersih. Nek atine ki resik, disayang gusti Allah.(Jika hati kita bersih, disyang Allah - pen)
Tapi saya mengingatkan, kalau kekuatan tiap orang itu tidak sama. Yang ada saling hormat menghormati, saling sayang menyayangi dan saling bertanggungjawab. Di organisasi ini, kita punya kewajiban saling bertanggungjawab.
Melalui kegiatan kegiatan di bulan Muharram, kalau nanti ada selamatan bubur Suran, kita mengenang betapa menderitanya (tokoh panutan umat manusia – pen) dikala dulu dalam berjuang membela kebenaran. Tapi kalau saudara ketahui, selamatan bubur Suran itu sebetulnya yang paling bener, di malam 10 Muharram. 10 Muharram itulah orang terbebas dari segala marabahaya. Itulah kenapa biasanya disuatu pondok pesantren, tempat-tempat lain, biasa disambut dengan doa doa, bersyukur dan mengirim doa pada syuhada.
Saya mengingatkan pada saudara saya, dengan mengadakan kegiatan ini, SH Terate punya satu tujuan. Tujuannya cukup mulia. Bukan untuk Terate. Bukan. Tapi untuk orang yang bergabung di Terate ini. Diajak, dididik, diarahkan, tanpa mbayar ibarate. Karena pelatih itu tidak dibayar. Di aturan gak ada. Tapi kalau ada pelatih njaluk (minta – pen) itu urusan pribadi pelatih, bukan organisasi.
Kita dididik untuk menjadi manusia yang punya watak sifat budi luhur, yang mengenal diri sendiri sebaik baiknya, agar kita tidak sulit mengenal orang lain. Ini mengandung makna orang itu nek wis ndelok awake dewe jebule aku ki enek sing kurang to. Nek ngono dulurku kiwo tengen, boloku yo duwe kekurangan.(Manusia itu kalau instropeksi, melihat ke dalam diri sendiri, akan menyadari kekurangan dan kelemahannya. Kalau begitu, saudaraku, teman-teman dekat, ya punya kekurangan – pen). Maka kita tidak terseret arus. Menyadari kita punya kekurangan, akhirnya kita tidak mudah ngelokne uwong, ngenyek uwong, menghina orang, itu tidak. Yang ada adalah opo alane awake dewe ki nyenengke liyan.(Apa jeleknya diri kita ini menyenangkan orang lain – pen). SH Terate mendidik ini.
SH Terate Tidak Perlu Kaya
Saya tidak ingin SH Terate itu kaya, tidak. Tapi saya minta, saya mohon pada Allah SWT sing sugih ki dulur dulur ku iki. Nek keluarga besar SH Terate ki sugih aku katot sugih, katot nikmat. SH Terate katot. Tapi nek organisasine sing sugih, iku mesti lirik-lirikan, eker-ekeran, mbuntut-mbuntute saling ngrasani sakbedadok ( yang diberi kekayaan itu saudara saya. Jika Keluarga Besar SH Terate kaya, saya ikut kaya, ikut menikmati. SH Terate juga ikut menikmati. Tapi kalau organisasinya yang kaya, anggota bisa salling melirik, saling berebut, ujung-ujungnya saling memfitnah – pen). Saya seneng saudara saya kaya. Tapi saya nangis kalau ada saudara saya menderita.
Bagaimana SH Terate dalam membangun persaudaraan yang kekal dan abadi ini tidak dikotori ulah oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Wis to nek iso guyub rukun mbangun deso, gak enek ceritane wong SH Terate nek endi gone gak dihormati uwong. Rasah duduhne pameran tukang gelut, wong SH Terate disiplin dididik. mBok wis tuwo to sak saya, la nek kowe tatak tak entengi patiku. (Jika warga SH Terate rukun, membangun desanya, tidak ada ceritanya orang SH Terate, kapan dan di mana pun tempatnya, tidak dihormati orang lain. Tidak usah sombong dan pamer kekuatan serta suka berkelahi, orang SH Terate dididik disiplin. Meski setua saya ini, jika kamu tatak, saya ringankan kematian saya).
Tapi nek mung gawe gegeran emoh aku (Tapi jika hanya membuat geger, membuat ulah, meresahkan masyarakat, saya tidak mau-pen). Saya ajak mereka untuk membangun, bukan untuk merusak. Jadi saya mohon saudara sekaliyan menghormati betul makna bulan Muharram. Karena kita ini napak tilas, ora gawe mas (tidak membuat – pen). SH Terate ngenekne (melaksanakan – pen) kegiatan dibulan Muharram dengan satu harapan mendapatkan kelebihan. Kalau orang lain mengatakan mendapat mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sadar nggak sadar kita ini nempil kamukten (pinjam martabat –pen) di Terate. Orang takut dengan saya bukan takut dengan Tarmaji tapi takut nek aku ki wongTerate bolone akeh (kalau saya ini warga SH Terate, saudaraku banyak – pen). Tapi ini jangan dipakai untuk arogansi, jangan. Tugas kewajiban kita menjaga agar supaya orang lain gak sak penake dhewe (tidak memperlakukan kita sekehendak hatinya – pen).
Kemudian kita dituntut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wong ki nek cedek pemimpin ki rasane nikmat mas. Saya cedek mas Bagyo, gek mas Bagyo ki wong SH Terate, enek kegiatan budaya wis tak jupuk SH terate, alhamdulillah. (Orang itu kalau dekat pemimpin rasanya nikmat. Saya dekat dengan Mas Bagyo, Drs, Subagyo TA – Kadin Perdagangan, Industri dan Periwisata Kota Madiun, dan Mas Bagyo itu warga SH Terate, ada kegiatan budya, yang diambil ya SH Terate, alhamdulillah – pen). Saya seneng. Kalau tidak, bukan SH Terate yang diambil. Ibaratnya begitu.
Makna Uang Mahar
Banyak keuntungan kita bergabung di SH Terate ini. Rugi berapa sih rugi. Bayar berapa sih yang dibayar. Di Terate itu nggak ada iuran. Malah di pusat ndak pernah narik. Kalau para calon warga mau menjadi Terate memang punya kewajiban. Namanya mas kawin dinamakan uang mahar. Nebus jul siji bayarane siji uang logam. Mengapa milih jul siji, biar kita menjadi orang yang tertinggi. Kemudian membayar uang pangkal jadi keluarga SH Terate. Itu kewajiban dimanapun seumur hidup ya hanya sekali itu.
Ini yang perlu dipahami semua pihak. Kalau mau iuran itu di jajaran cabang, di jajaran ranting, ya silakan saja. Saya tutup mata. Sepanjang tidak ribut.
Untuk itulah, saudara sekalian yang saya hormati, saya juga tidak panjang lebar, saya hanya mengingatkan. Sekali lagi saya ingatkan. Resapi dulu, hayati dulu bulan Muharram itu ada apa sih. Kok SH Terate ngambil itu. Tapi kenyataannya SH Terate mengambil bulan Muharram SH Terate berkembang terus. Nggak perlu diperintah, ndak perlu dibuat tapi berkembang secara alami karena SH Terate mempunyai prinsip wong nandur ngunduh, siapa berbuat dia bertanggungjawab. Siapa mulai dialah yang akan mengakhiri. Mulai baik dia akan menerima baik. Mulai jelek dia akan menerima kejelekan.
Dan saya mengingatkan sing gedhe tirakate. Kalau kamu nggak tirakat jangan harap dihari kemudian kamu akan bahagia. Kalau orang muda masih muda nggak mau sekolah, nggak mau belajar, di hari kemudian dia akan tercampak dipinggir menjadi orang yang minta-minta. Orang muda juga harus belajar. Tapi kalau orang sekolah jagakne dukun, jagakne kerpekan (mengandalkan dukun, mengandalkan kerpekan, jiplakan – pen) gak akan bisa berhasil dengan baik. Itu sudah hukum alam yang gak bisa dirubah-rubah.
by : Tyo_ramadhani
23/10/2009
MENILIK SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA
Sejarah pergerakan dan perubahan diberbagai negara mencatat peranan gerakan mahasiswa sebagai inspirator melalui gagasan dan tuntutanya. Mahasiswa tampil sebagai garda terdepan perjuangan dengan keberanianya dan dikenang sebagai pahlawan dalam pengorbananya. Catatan perjuangan mahasiswa tidak sealu diakhiri dengan kemenangan namum ide-ide perjuangan mahasiswa tidak akan pernah mati sampai kemenangan diraih oleh para penerus dan pendukungnya.
Menilik perjalanan panjang sejarah bangsa ini tentu tak terlepas dari peran pemuda, awal pergerakan Bangsa Indonesia dimulai dengan pendirian Budi Utomo setelah itu menghasilkan Sumpah Pemuda yang menjadi cikal bakal kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan Republik Indonesia juga berkat kejelian pemuda Indonesia dimana melihat posisi sekutu yang lemah ( vacuum of power ) sehingga mereka berinisiatif untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan akhirnya berhasil walaupun dengan proses yang rumit dan sedikit radikal namun itulah seninya. Setelah kemerdekaan Indonesia pemuda tak lantas diam menikmati kemerdekaan ini namun pemuda Indonesia tetap peka, kritis, peduli dan berkontribusi nyata dengan 2x menumbangkan pemerintahan yang tidak memihak rakyat yaitu pemerintahan Soekarno dan Soeharto.
Melihat kilas balik sejarah diatas apakah kita tidak merasa malu? Saat ini kita dipenuhi dengan berbagai hal yang memudahkan, mengenakan, serba ada, serba bebas yang membuat kita mabuk kepayang. Jika hari ini pemuda-pemuda Indonesia zaman dahulu, Ki Hajar Dewantoro, M Natsir, Moh. Hatta mengetahui para penerusnya mabuk dengan minuman keras, narkoba, free sexs dan hal – hal lain yang memabukan tentu mereka akan menangis bahkan menyesal telah menjadikan Indonesia merdeka, lebih baik Rakyat Indonesia makan pangkal pohon pisang dari pada tunduk pada penjajah. Apabila hari ini kita baru sadar belum terlambat untuk merubah semuanya, dengan menerapkan 3 peran dan fungsi mahasiswa yaitu Director Of Change, Agent Of Social Control dan Iron Stock kita mampu meneruskan perjuangan para founding father bangsa ini..
Peran dan fungsi mahasiswa yang pertama sebagai Director Of Change adalah mahasiswa berperan dalam merancang, melaksanakan, dan merealisasikan setiap perubahan- perubahan menuju kearah yang lebih baik. Mahasiswa di harapkan mampu menjadi penyambung lidah rakyat terhadap pembuat kebijakan dan penerjemah lapangan terhadap setiap kebijakan dari pembuat kebijakan. Mahasiswa adalah garda terdepan perjuangan rakyat, apabila hari ini mahasiswa telah menjadi mahasiswa yang apatis, pragmatis maka bersiapalah menyambut kehancuran bangsa ini. Peran dan fungsi mahasiswa yang kedua sebagai Agent Of Social Control adalah mahasiswa harapkan memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual dengan berperan sesuai dengan bidang keilmuan masing- masing. Asumsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi social masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Intinya mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.
Peran dan fungsi mahasiswa yang ketiga adalah Iron Stock, dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini. Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Namun apabila hari ini ternyata kita tidak berusaha mambangun diri kita sendiri apakah mungkin kita kan membangun bangsa ini suatu saat nanti? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing, umtuk itu tetap setia digaris massa karena mundur dari perjuangan adalah sebuah penghianatan.
Menilik perjalanan panjang sejarah bangsa ini tentu tak terlepas dari peran pemuda, awal pergerakan Bangsa Indonesia dimulai dengan pendirian Budi Utomo setelah itu menghasilkan Sumpah Pemuda yang menjadi cikal bakal kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan Republik Indonesia juga berkat kejelian pemuda Indonesia dimana melihat posisi sekutu yang lemah ( vacuum of power ) sehingga mereka berinisiatif untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan akhirnya berhasil walaupun dengan proses yang rumit dan sedikit radikal namun itulah seninya. Setelah kemerdekaan Indonesia pemuda tak lantas diam menikmati kemerdekaan ini namun pemuda Indonesia tetap peka, kritis, peduli dan berkontribusi nyata dengan 2x menumbangkan pemerintahan yang tidak memihak rakyat yaitu pemerintahan Soekarno dan Soeharto.
Melihat kilas balik sejarah diatas apakah kita tidak merasa malu? Saat ini kita dipenuhi dengan berbagai hal yang memudahkan, mengenakan, serba ada, serba bebas yang membuat kita mabuk kepayang. Jika hari ini pemuda-pemuda Indonesia zaman dahulu, Ki Hajar Dewantoro, M Natsir, Moh. Hatta mengetahui para penerusnya mabuk dengan minuman keras, narkoba, free sexs dan hal – hal lain yang memabukan tentu mereka akan menangis bahkan menyesal telah menjadikan Indonesia merdeka, lebih baik Rakyat Indonesia makan pangkal pohon pisang dari pada tunduk pada penjajah. Apabila hari ini kita baru sadar belum terlambat untuk merubah semuanya, dengan menerapkan 3 peran dan fungsi mahasiswa yaitu Director Of Change, Agent Of Social Control dan Iron Stock kita mampu meneruskan perjuangan para founding father bangsa ini..
Peran dan fungsi mahasiswa yang pertama sebagai Director Of Change adalah mahasiswa berperan dalam merancang, melaksanakan, dan merealisasikan setiap perubahan- perubahan menuju kearah yang lebih baik. Mahasiswa di harapkan mampu menjadi penyambung lidah rakyat terhadap pembuat kebijakan dan penerjemah lapangan terhadap setiap kebijakan dari pembuat kebijakan. Mahasiswa adalah garda terdepan perjuangan rakyat, apabila hari ini mahasiswa telah menjadi mahasiswa yang apatis, pragmatis maka bersiapalah menyambut kehancuran bangsa ini. Peran dan fungsi mahasiswa yang kedua sebagai Agent Of Social Control adalah mahasiswa harapkan memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual dengan berperan sesuai dengan bidang keilmuan masing- masing. Asumsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi social masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Intinya mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.
Peran dan fungsi mahasiswa yang ketiga adalah Iron Stock, dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini. Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Namun apabila hari ini ternyata kita tidak berusaha mambangun diri kita sendiri apakah mungkin kita kan membangun bangsa ini suatu saat nanti? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing, umtuk itu tetap setia digaris massa karena mundur dari perjuangan adalah sebuah penghianatan.
by : Tyo_ramadhani
Islam Indonesia
Wacana Islam Indonesia begitu marak dijadikan sebagai bahan diskusi. Wacana yang dikembangkan oleh kalangan ‘intelektual muda muslim kontemporer’ ini daya jangkaunya sampai sekarang memang hanya terbatas pada orang-orang dengan taraf pendidikan menengah keatas. Tapi, seperti kita pahami bahwa dari merekalah nantinya ide ini akan menggelontor menjadi bahan-bahan diskusi di khalayak ramai, bahkan boleh jadi menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah sejak tingkat dasar. Maka, sejak awal wacana ini perlu kita kritisi.
Sekilas, ide tentang Islam Indonesia atau Islam berbingkai keindonesiaan terasa indah dan menyejukkan. Sebagai kontra konsep dengan Islam Transnasional atau Islam Arab, Islam Indonesia digambarkan begitu menyejukkan, santun, toleran, moderat, demokratis dan pluralis. Bandingkan saja dengan konsep Islam Transnasional yang mereka gambarkan. Puritan, sektarian, kasar, mengerikan, intoleran. Sekilas gambaran Islam Indonesia begitu indah. Islam Indonesia dideskripsikan sebagai Islam yang bisa menyatu dengan akar budaya Indonesia, berislam sekaligus berpancasila. Islam Transnasional digambarkan sebagai pihak yang selalu mempertentangkan Islam dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Kemudian wacana berkembang. Pengusung ‘Islam Indonesia’ mencoba memainkan isu, bahwa Islam keindonesiaan yang sejak dulu dianut oleh bangsa Indonesia sekarang terancam eksistensinya. Gerakan-gerakan Islam Transnasional begitu gencar mengopinikan ide-idenya, sehingga banyak lahir pemuda-pemuda yang berpikiran Islam garis keras. Masih segar di ingatan kita, bagaimana reaksi tokoh-tokoh pengusung Islam Indonesia ketika melihat Hizbut Tahrir sukses menggalang kekuatan umat untuk membesarkan kegiatan Konferensi Khilafah Internasional (KKI), 2007 silam. Bahkan, pimpinan salah satu ormas Islam terbesar mengharuskan dirinya berkampanye ke berbagai daerah untuk menunjukkan bahwa ide Khilafah Islamiyah bukanlah ide yang laku di tengah-tengah masyarakat. Puncaknya, kegiatan Harlah organisasi tersebut yang ingin menunjukkan bahwa kekuatan pengusung Islam Indonesia lebih kuat dan lebih besar dari pengusung Khilafah Islamiyah.
Kelompok yang juga begitu sering mewacanakan ide Islam keindonesiaan adalah Jaringan Islam Liberal (JIL). Mereka begitu gencar -tentunya kalau ada kucuran dana dari tuan mereka- mewacanakan ide Islam keindonesiaan. Forum-forum diskusi, tulisan-tulisan di media cetak, buku dan melalui situs mereka islamlib.com. Salah satu contoh wacana Islam keindonesiaan mereka adalah Indonesia untuk semua, termasuk penghujat Islam dan Rasulullah Saw. Kita bisa saksikan bagaimana mereka begitu gigih membela keberadaan Ahmadiyah di negeri ini. Tapi, seperti bertolak belakang, mereka malah mendesak pemerintah membubarkan MUI. Apa maksudnya ini?
Pemahaman Islam Indonesia ini pula yang menjadi dasar dari pembuatan buku fitnah tak ilmiah, “Ilusi Negara Islam”
Wacana Islam Indonesia atau Islam keindonesiaan bukanlah konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Islam dalam definisi yang jami’an wa mani’an dimaknai sebagai “dien yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw untuk seluruh umat yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia yang lain, dan manusia dengan dirinya sendiri“. Dari definisi ini jelas, Islam adalah dien yang kamil wa syamil. Agama yang sempurna dan menyeluruh. Tak perlu ada tambahan lagi. Ini semakin dikuatkan dengan satu ayat dari surah al-Maidah -yang menurut jumhur ulama dianggap sebagai ayat yang terakhir diturunkan-, yang berbunyi “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah kucukupkan untuk kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai Dien kalian” (TQS. Al-Maidah [5] : 3).
Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa Islam sudah sempurna diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, tak perlu ditambah-tambahi lagi. Ini sudah bisa jadi argumentasi ‘pemati’ wacana Islam keindonesiaan. Islam keindonesiaan digulirkan atas dasar pemahaman bahwa diperlukan pengamalan ajaran Islam yang khas bercirikan Indonesia. Sederhananya, Islam untuk Indonesia perlu direvisi agar tak terwarnai dengan Islam dari Arab. Islam Indonesia lahir dari cara yang berbeda dari Islam yang lahir di Arab. Islam di Indonesia disebarkan melalui kesantunan dan perdamaian sedangkan Islam Arab disebarkan melalui pedang dan penindasan. Coba kita renungkan, argumentasi Islam keindonesiaan jelas sudah mati sejak pertama kali diwacanakan.
Tidak ada perbedaan antara Islam Arab dan Islam Indonesia. Fakta menunjukkan, Islam memang diturunkan di Arab kepada Muhammad Saw, seorang Arab Quraisy. Tapi, sejak awal Allah telah menyatakan bahwa Islam adalah untuk semua bangsa. Tidak ada keistimewaan bangsa Arab dibandingkan bangsa ‘Ajam, demikian pula sebaliknya. Konsep Islam rahmatan lil ‘alamin tentu karena Islam kompatibel untuk seluruh bangsa dan seluruh masa sejak turunnya. Jika ada perbedaan penerapan Islam di Arab dengan di Indonesia, maka kita kaji dulu. Dalam ajaran Islam ada yang termasuk perkara furu’ dan ada yang termasuk perkara ushul. Perkara ushul adalah perkara aqidah dan seluruh perkara yang qath’i secara tsubut dan dilalah. Dalam perkara ushul tidak boleh ada perbedaan. Perbedaan dalam hal ini menunjukkan sesatnya pemahaman. Sedangkan perkara furu’ adalah bagian syariah yang dalilnya bersifat zhann baik tsubut dan dilalah, tsubut-nya saja, atau dilalah-nya saja. (Bagi yang belum terlalu paham, silakan kaji lebih dalam tentang ushul fiqih di kitab Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyah Juz 3, karangan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan kitab Taysir al-Wushul ila al-Ushul, karangan Syaikh Abu Rasythah ‘Atha bin Khalil). Nah, jika perbedaan penerapan Islam di Indonesia dan di Arab berbeda dalam perkara ushul, tentu ada salah satu -atau malah keduanya- yang menyimpang. Yang menyimpang tentu harus kita luruskan, bukan malah membenarkan hal tersebut sebagai bagian dari pemahaman yang khas Indonesia. Ini jelas salah kaprah. Kalau beda dalam perkara furu’ tentu bukan sesuatu yang harus dipersoalkan.
Pendapat yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia berbeda dengan penyebaran Islam di negeri lain terkhusus Arab juga perlu kita tinjau kembali. Bahwa ada sikap yang begitu bijak dari para penyebar Islam di Indonesia -kita kenal dengan Walisongo-, harus kita akui. Tapi kalau dikatakan ada metode yang berbeda dalam penyebaran Islam, ini tentu tidak benar. Islam disebarkan di Indonesia maupun di negeri lain dengan metode yang sama yaitu dakwah dan jihad oleh Khilafah Islamiyah. Tak ada perbedaan (Silakan lihat Booklet HTI: Jejak Syariah dan Khilafah di Indonesia. 2007. HTI Press). Perbedaan hanya dalam uslub dan wasilah, bukan dalam metode atau thoriqoh.
Wacana Islam keindonesiaan juga sarat dengan paham pluralisme dan sinkretisme. Pluralisme sebagai paham yang mengakui dan mewajibkan adanya keragaman pemahaman meniscayakan pemahaman bahwa kebenaran adalah relatif. Dalam hal qath’i pun kita boleh berbeda. Bahkan -secara ekstrim- Tuhan pun tak boleh menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Sinkretisme adalah pemahaman yang mencoba mencampuradukkan satu pemahaman dengan pemahaman yang lain, atau satu agama dengan agama yang lain. Hasilnya dirumuskan sebagai pemahaman yang berbeda. Lahirlah yang dinamakan Islam keindonesiaan. Paham pluralisme telah difatwakan haram oleh MUI tahun 2007 lalu (http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=137). Lajnah Ad-Da’imah Divisi Penelitian Ilmiah dan Komisi Fatwa Kerajaan Arab Saudi bahkan memfatwakan murtad bagi muslim yang mengusung paham sinkretisme (http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=183).
Penggambaran islam Indonesia yang toleran, moderat dan demokratis sedangkan Islam Arab sebagai Islam yang radikal, anti demokrasi, dan ekstrimis juga merupakan penggambaran yang tidak tepat. Pensifatan Islam radikal dan Islam moderat adalah upaya Barat untuk memecah belah umat Islam (Silakan baca dokumen laporan resmi berjudul “Building Moderate Muslim Networks” yang dikeluarkan pada tahun 2007 oleh RAND Corporation sebuah Pusat Penelitian & Pengkajian Strategi tentang Islam & Timur Tengah, yang berpusat di Santa Monica –California dan Arington– Virginia, USA). Upaya ini di Indonesia, salah satunya didukung oleh cendekiawan Muslim yang berpikiran liberal. Islam sudah punya sifat sendiri yang berbeda dengan tuduhan barat. Sifat Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
Saya rasa sudah cukup, sedikit kritik terhadap wacana Islam Indonesia atau Islam keindonesiaan. Sedikit ini pun sudah sangat bisa melumpuhkan argumentasi mereka yang terkesan ilmiah. Kita jangan mau dijebak dengan kata-kata kalangan liberal yang mewacanakan ide ini. Karena mereka tak benar-benar cerdas. Media yang disetir oleh mereka lah yang mengesankan mereka cerdas. Karena, cerdas yang sebenarnya adalah kecerdasan yang menundukkan akal pada kebenaran dan bukan malah memalingkannya dengan beribu alasan. Kebenaran yang sejati adalah Islam. Kaffah. Kamil wa Syamil. Mari kita tawarkan Islam untuk Indonesia kita. Islam agar Indonesia barakah.
Sekilas, ide tentang Islam Indonesia atau Islam berbingkai keindonesiaan terasa indah dan menyejukkan. Sebagai kontra konsep dengan Islam Transnasional atau Islam Arab, Islam Indonesia digambarkan begitu menyejukkan, santun, toleran, moderat, demokratis dan pluralis. Bandingkan saja dengan konsep Islam Transnasional yang mereka gambarkan. Puritan, sektarian, kasar, mengerikan, intoleran. Sekilas gambaran Islam Indonesia begitu indah. Islam Indonesia dideskripsikan sebagai Islam yang bisa menyatu dengan akar budaya Indonesia, berislam sekaligus berpancasila. Islam Transnasional digambarkan sebagai pihak yang selalu mempertentangkan Islam dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Kemudian wacana berkembang. Pengusung ‘Islam Indonesia’ mencoba memainkan isu, bahwa Islam keindonesiaan yang sejak dulu dianut oleh bangsa Indonesia sekarang terancam eksistensinya. Gerakan-gerakan Islam Transnasional begitu gencar mengopinikan ide-idenya, sehingga banyak lahir pemuda-pemuda yang berpikiran Islam garis keras. Masih segar di ingatan kita, bagaimana reaksi tokoh-tokoh pengusung Islam Indonesia ketika melihat Hizbut Tahrir sukses menggalang kekuatan umat untuk membesarkan kegiatan Konferensi Khilafah Internasional (KKI), 2007 silam. Bahkan, pimpinan salah satu ormas Islam terbesar mengharuskan dirinya berkampanye ke berbagai daerah untuk menunjukkan bahwa ide Khilafah Islamiyah bukanlah ide yang laku di tengah-tengah masyarakat. Puncaknya, kegiatan Harlah organisasi tersebut yang ingin menunjukkan bahwa kekuatan pengusung Islam Indonesia lebih kuat dan lebih besar dari pengusung Khilafah Islamiyah.
Kelompok yang juga begitu sering mewacanakan ide Islam keindonesiaan adalah Jaringan Islam Liberal (JIL). Mereka begitu gencar -tentunya kalau ada kucuran dana dari tuan mereka- mewacanakan ide Islam keindonesiaan. Forum-forum diskusi, tulisan-tulisan di media cetak, buku dan melalui situs mereka islamlib.com. Salah satu contoh wacana Islam keindonesiaan mereka adalah Indonesia untuk semua, termasuk penghujat Islam dan Rasulullah Saw. Kita bisa saksikan bagaimana mereka begitu gigih membela keberadaan Ahmadiyah di negeri ini. Tapi, seperti bertolak belakang, mereka malah mendesak pemerintah membubarkan MUI. Apa maksudnya ini?
Pemahaman Islam Indonesia ini pula yang menjadi dasar dari pembuatan buku fitnah tak ilmiah, “Ilusi Negara Islam”
Wacana Islam Indonesia atau Islam keindonesiaan bukanlah konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Islam dalam definisi yang jami’an wa mani’an dimaknai sebagai “dien yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw untuk seluruh umat yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia yang lain, dan manusia dengan dirinya sendiri“. Dari definisi ini jelas, Islam adalah dien yang kamil wa syamil. Agama yang sempurna dan menyeluruh. Tak perlu ada tambahan lagi. Ini semakin dikuatkan dengan satu ayat dari surah al-Maidah -yang menurut jumhur ulama dianggap sebagai ayat yang terakhir diturunkan-, yang berbunyi “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah kucukupkan untuk kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai Dien kalian” (TQS. Al-Maidah [5] : 3).
Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa Islam sudah sempurna diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, tak perlu ditambah-tambahi lagi. Ini sudah bisa jadi argumentasi ‘pemati’ wacana Islam keindonesiaan. Islam keindonesiaan digulirkan atas dasar pemahaman bahwa diperlukan pengamalan ajaran Islam yang khas bercirikan Indonesia. Sederhananya, Islam untuk Indonesia perlu direvisi agar tak terwarnai dengan Islam dari Arab. Islam Indonesia lahir dari cara yang berbeda dari Islam yang lahir di Arab. Islam di Indonesia disebarkan melalui kesantunan dan perdamaian sedangkan Islam Arab disebarkan melalui pedang dan penindasan. Coba kita renungkan, argumentasi Islam keindonesiaan jelas sudah mati sejak pertama kali diwacanakan.
Tidak ada perbedaan antara Islam Arab dan Islam Indonesia. Fakta menunjukkan, Islam memang diturunkan di Arab kepada Muhammad Saw, seorang Arab Quraisy. Tapi, sejak awal Allah telah menyatakan bahwa Islam adalah untuk semua bangsa. Tidak ada keistimewaan bangsa Arab dibandingkan bangsa ‘Ajam, demikian pula sebaliknya. Konsep Islam rahmatan lil ‘alamin tentu karena Islam kompatibel untuk seluruh bangsa dan seluruh masa sejak turunnya. Jika ada perbedaan penerapan Islam di Arab dengan di Indonesia, maka kita kaji dulu. Dalam ajaran Islam ada yang termasuk perkara furu’ dan ada yang termasuk perkara ushul. Perkara ushul adalah perkara aqidah dan seluruh perkara yang qath’i secara tsubut dan dilalah. Dalam perkara ushul tidak boleh ada perbedaan. Perbedaan dalam hal ini menunjukkan sesatnya pemahaman. Sedangkan perkara furu’ adalah bagian syariah yang dalilnya bersifat zhann baik tsubut dan dilalah, tsubut-nya saja, atau dilalah-nya saja. (Bagi yang belum terlalu paham, silakan kaji lebih dalam tentang ushul fiqih di kitab Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyah Juz 3, karangan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan kitab Taysir al-Wushul ila al-Ushul, karangan Syaikh Abu Rasythah ‘Atha bin Khalil). Nah, jika perbedaan penerapan Islam di Indonesia dan di Arab berbeda dalam perkara ushul, tentu ada salah satu -atau malah keduanya- yang menyimpang. Yang menyimpang tentu harus kita luruskan, bukan malah membenarkan hal tersebut sebagai bagian dari pemahaman yang khas Indonesia. Ini jelas salah kaprah. Kalau beda dalam perkara furu’ tentu bukan sesuatu yang harus dipersoalkan.
Pendapat yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia berbeda dengan penyebaran Islam di negeri lain terkhusus Arab juga perlu kita tinjau kembali. Bahwa ada sikap yang begitu bijak dari para penyebar Islam di Indonesia -kita kenal dengan Walisongo-, harus kita akui. Tapi kalau dikatakan ada metode yang berbeda dalam penyebaran Islam, ini tentu tidak benar. Islam disebarkan di Indonesia maupun di negeri lain dengan metode yang sama yaitu dakwah dan jihad oleh Khilafah Islamiyah. Tak ada perbedaan (Silakan lihat Booklet HTI: Jejak Syariah dan Khilafah di Indonesia. 2007. HTI Press). Perbedaan hanya dalam uslub dan wasilah, bukan dalam metode atau thoriqoh.
Wacana Islam keindonesiaan juga sarat dengan paham pluralisme dan sinkretisme. Pluralisme sebagai paham yang mengakui dan mewajibkan adanya keragaman pemahaman meniscayakan pemahaman bahwa kebenaran adalah relatif. Dalam hal qath’i pun kita boleh berbeda. Bahkan -secara ekstrim- Tuhan pun tak boleh menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Sinkretisme adalah pemahaman yang mencoba mencampuradukkan satu pemahaman dengan pemahaman yang lain, atau satu agama dengan agama yang lain. Hasilnya dirumuskan sebagai pemahaman yang berbeda. Lahirlah yang dinamakan Islam keindonesiaan. Paham pluralisme telah difatwakan haram oleh MUI tahun 2007 lalu (http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=137). Lajnah Ad-Da’imah Divisi Penelitian Ilmiah dan Komisi Fatwa Kerajaan Arab Saudi bahkan memfatwakan murtad bagi muslim yang mengusung paham sinkretisme (http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=183).
Penggambaran islam Indonesia yang toleran, moderat dan demokratis sedangkan Islam Arab sebagai Islam yang radikal, anti demokrasi, dan ekstrimis juga merupakan penggambaran yang tidak tepat. Pensifatan Islam radikal dan Islam moderat adalah upaya Barat untuk memecah belah umat Islam (Silakan baca dokumen laporan resmi berjudul “Building Moderate Muslim Networks” yang dikeluarkan pada tahun 2007 oleh RAND Corporation sebuah Pusat Penelitian & Pengkajian Strategi tentang Islam & Timur Tengah, yang berpusat di Santa Monica –California dan Arington– Virginia, USA). Upaya ini di Indonesia, salah satunya didukung oleh cendekiawan Muslim yang berpikiran liberal. Islam sudah punya sifat sendiri yang berbeda dengan tuduhan barat. Sifat Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
Saya rasa sudah cukup, sedikit kritik terhadap wacana Islam Indonesia atau Islam keindonesiaan. Sedikit ini pun sudah sangat bisa melumpuhkan argumentasi mereka yang terkesan ilmiah. Kita jangan mau dijebak dengan kata-kata kalangan liberal yang mewacanakan ide ini. Karena mereka tak benar-benar cerdas. Media yang disetir oleh mereka lah yang mengesankan mereka cerdas. Karena, cerdas yang sebenarnya adalah kecerdasan yang menundukkan akal pada kebenaran dan bukan malah memalingkannya dengan beribu alasan. Kebenaran yang sejati adalah Islam. Kaffah. Kamil wa Syamil. Mari kita tawarkan Islam untuk Indonesia kita. Islam agar Indonesia barakah.
by : Tyo_ramadhani
22/10/2009
Meretas Jalan Menuju Mahasiswa/Pelajar Muslim yang Sukses
Sahabatku..!!! sukses dapat diartikan sebagai keadaan tercapainya tujuan atau cita-cita. Lawannya adalah gagal, yaitu keadaan tidak tercapainya suatu tujuan atau cita-cita. Sukses di sini masih memiliki arti umum, dalam arti bisa bernilai benar atau salah, tergantung pada pandangan hidup yang mendasari perumusan tujuan dan standar yang digunakan untuk menilai suatu kesuksesan dan kegagalan. Seorang pencopet misalnya, dapat dikatakan sukses bila dia berhasil mengambil dompet atas tas sasarannya. Sementara seorang penjual, dikatakan sukses bila mendapat keuntungan yang berlimpah. Jadi, “sukses” tidak selamanya identik dengan “benar”. Bisa saja seseorang merasa sukses, namun sebenarnya dia tidak berada di atas kebenaran. Dengan kata lain, hakikatnya dia telah gagal. Yang harus dicari adalah kesuksesan yang sejati, yaitu kesuksesan yang berada dalam jalur kebenaran. Ini hanya terwujud bila seseorang mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada pandangan hidup dan standar yang benar. Dan di samping itu, kesuksesan itu harus diraih dengan cara yang benar pula, bukan dengan sembarang cara. Karena amal yang baikl (ahsanul amal) hanya akan diteima oleh Allah dengan 2 syarat. 1. Niat yang ikhlas dan ke-2. Cara yang benar (sesuai hukum syara’). Jadi, kesuksesan yang diraih lewat jalan yang tidak benar, sebenarnya adalah kesuksesan yang semu dan palsu, bukan kesuksesan yang hakiki.
Demikian pula kiranya dengan dunia mahasiswa/pelajar. Tatkala seseorang ingin menjadi mahasiswa/pelajar yang sukses dalam kuliah/sekolahnya maka pertanyaan kritis yang harus dijawab adalah, apa tujuan dari kuliah/sekolahnya? Standar-standar serta indikator-indikator apa yang dipakai untuk mengukur tercapainya tujuan itu? Apakah tujuan itu sudah didasarkan pada pandangan hidup yang benar?
Antara Fakta Dan Idealita..!!!
Sahabatku..!!! Dunia saat ini –termasuk Negeri Muslim-- dicengkeram oleh ideologi kapitalisme, yang berasaskan ide sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Dengan demikian, seluruh aspek kehidupan termasuk juga pendidikan, akan terwarnai dan terpola oleh ideologi asing tersebut. Dalam sebuah sistem kehidupan yang menerapkan atau terpengaruh dengan ideologi ini, sistem pendidikan akan senantiasa bersifat sekuleristik. Pendidikan tidak akan memberikan ruang yang cukup bagi agama, sebab agama bukanlah sesuatu yang penting dalam kehidupan. Agama hanya mengatur hubungan pribadi manusia dengan Tuhan, sementara hubungan manusia dengan manusia lainnya, seperti aspek politik, ekonomi, budaya, tidaklah diatur oleh agama.
Karena itu, dapat dilihat bahwa out put sistem pendidikan seperti ini, hanya akan menjadi manusia yang pandai dalam ilmu pengetahuan, namun dangkal dalam pemahaman agama. Para alumnus sistem ini akan menjadi manusia yang sekuleristik, materialistik, oportunistik, dan individualistik. Dikatakan sekuleristik, karena dia akan meletakkan agama dalam posisi terbatas yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya. Sementara aspek interaksi sosial yang luas, dianggapnya tidak perlu diatur dengan agama. Bersifat materialistik, karena tujuan hidupnya hanya mengejar kesenangan duniawi semata, seperti harta benda, jabatan, dan sebagainya, namun lupa akan tujuan akhiratnya. Dikatakan oportunistik, karena cara dia mengukur segala tindakannya adalah berdasarkan manfaat belaka, atau untung rugi, bukan berdasarkan ketentuan halal-haram. Dan bersifat individualistik, karena dia akan menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri, serta kurang menaruh kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Memang manusia seperti ini akan bisa hidup , namun jelas bukan hidup yang benar.
Dalam sistem sekuleristik seperti ini, sukses tidaknya seorang mahasiswa/pelajar tentunya hanya akan diukur berdasarkan indikator-indikator akademik seperti nilai yang bagus, IPK yag memuaskan, atau menjadi mahasiswa/pelajar teladan dalam bidang akademik, semantara disisi lain kering dari sentuhan nilai dan norma agama. Mahasiswa/pelajar tetap dikatakan sukses setelah dia menyelesaikan studinya dalam waktu sekian tahun, dengan indeks prestasi sekian, meskipun dia dangkal atau bahkan bodoh dalam pemahaman agamanya. Apakah manusia seperti ini yang dikehendaki Islam? Cukupkah kesuksesan mahasiswa muslim hanya diukur dengan indikator-indikator akademik semata yang cenderung sekuleristik itu?
Sesungguhnya Islam telah menetapkan tujuan dalam sebuah proses pendidikan, yang hanya bisa dicapai bila sebuah sistem pendidikan didasarkan pada ideologi Islam, bukan ideologi kapitalisme seperti yang ada saat ini. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah terbentuknya kepribadian Islam ( Syakhshiyyah Islamiyyah ) yang dibekali dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan (Lihat Muqaddimah Dustur , Taqiyyuddin An Nabhani , hal. 414). Memiliki kepribadian Islam, berarti seseorang mempunyai pola pikir ( aqliyah ) yang Islami, yaitu dia akan menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menilai segala pemikiran yang ada. Di samping itu, dia mempunyai pola jiwa/sikap ( nafsiyah ) yang Islami, yaitu mempunyai kecenderungan perasaan yang Islami dan memenuhi segala kebutuhannya dengan standar Syariat Islamiyah , baik kebutuhan jasmaninya ( al hajat al ‘udlwiyah ), seperti makan dan minum, maupun kebutuhan naluriahnya ( al gharizah ), yang meliputi naluri beragama ( gharizah tadayyun ), naluri mempertahankan diri ( gharizatul baqa' ), dan naluri melangsungkan keturunan ( gharizatun nau' ), beserta segala penampakan ( mazhahir ) yang muncul dari ketiga naluri tersebut.
Adapun ilmu dan pengetahuan yang menjadi bekal hidup, adalah segala jenis ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk kehidupan bermasyarakat, seperti sains dan teknologi beserta segala macam ilmu cabang dan terapannya. Namun demikian, Aqidah Islamiyah harus dijadikan standar dalam hal pengambilan atau pengamalannya. Segala ilmu yang sesuai Aqidah Islamiyah saja yang boleh diambil dan diamalkan. Yang bertentangan dengan Aqidah Islamiyah haram untuk diambil dan diamalkan. Dari segi pengetahuan dan studi, Islam memang membolehkan segala macam ilmu, meskipun bertentangan dengan Islam. Tetapi dari segi pengambilan/pengamalan dan i'tiqad (keyakinan), Islam hanya membolehkan pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Islam, bukan yang lain. ( Ibid ., hal. 413).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan:
- Pembentukan kepribadian Islam ( Syakhshiyyah Islamiyyah ), dan
- Penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan.
Dari sinilah seharusnya seorang mahasiswa/pelajar muslim menetapkan indikator-indikator kesuksesannya, sebab dia bukan sekedar beridentitas mahasiswa/pelajar, tetapi juga seorang muslim. Identitas keislaman ini tentu tak boleh dia tanggalkan dan hanya sebatas pelengkap identitas kartu mahasiswa/pelajar saja tapi harus senatiasa menyeratai dan menjadi tolak ukur dalam segala kiprahnya di dunia, termasuk kiprahnya dalam menuntut ilmu di Universitas/sekolah.
Kiat Menjadi Mahasiswa/Pelajar Muslim yang Sukses
Sahabatku..!!! Dari uraian di atas, kiranya jelas bahwa seorang mahasiswa/pelajar muslim yang sukses dapat dicirikan dengan dengan 2 (dua) indikator: Pertama , Dimilikinya kepribadian Islam ( Syakhshiyyah Islamiyyah ), Kedua , Dikuasainya ilmu pengetahuan yang menjadi bidang studinya. Seorang mahasiswa muslim yang sukses, dengan demikian, adalah mahasiswa yang berhasil memiliki kedua indikator tersebut secara bersamaan. Jadi mahasiswa yang hanya menguasai pengetahuan yang menjadi objek studinya, namun dangkal dalam pemahaman Islamnya, hakikatnya adalah mahasiswa yang gagal . (Meskipun menurut ukuran konvensional yang sekuleristik, dia adalah mahasiswa/pelajar yang “sukses”!).
Untuk memiliki kepribadian Islam, pada prinsipnya seorang mahasiswa/pelajar harus mempelajari Islam secara mendalam. Dia harus menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai landasan berpikirnya, yang dengannya dia dapat berpikir Islami dengan menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menilai segala pemikiran yang ada. Dia harus juga menjadikan Syariat Islamiyah –yang lahir dari Aqidah Islamiyah— sebagai standar untuk menetapkan kecenderungan(muyul)nya dan memenuhi segala kebutuhannya. Salah satu karakter muslim yang berkepribadian Islam, untuk konteks sekarang, adalah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kondisi umat tak terkecuali mahasiswa/pelajar muslim. Kondisi umat Islam di seluruh dunia yang kini dikuasai oleh ideologi kapitalisme yang kafir, harus membuatnya terhentak dan tersadar dengan keadaran yang penuh dan menyeluruh untuk turut serta dalam proses perubahan menuju kondisi yang Islami. Secara konkret, muslim yang peduli dengan keadaan umat itu akan mengindentifikasikan dirinya sebagai seorang pengemban dakwah ( hamilud dakwah ), sebab metode Islam untuk mengubah kondisi tak Islami menjadi Islami tak lain adalah dengan jalan mengemban dakwah Islamiyah ( hamlud dakwah al islamiyah ).
Untuk menguasai ilmu pengetahuan yang menjadi objek studinya, seorang mahasiswa/pelajar harus sukses secara akademik. Kusman Shadik (1996) memaparkan kiat-kiat praktis untuk mencapai sukses akademik
- Kepercayaan Diri
Sahabatku..!!! Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa Anda punya potensi besar untuk meraih sukses di Kampus/Sekolah, merupakan langkah awal yang perlu dimiliki. Kepercayaan diri ini tentunya adalah kepercayaan yang didasarkan pada adanya potensi intelektual yang nyata, bukan kepercayaan diri palsu yang tidak didasarkan pada potensi intelektual yang nyata atau hanya sekedar berdasarkan ilusi kosong. Rasa percaya diri akan berpola positif apabila ditunjang oleh usaha yang gigih agar potensi intelektual yang ada ini dapat teraktualisai secara optimal dalam kegiatan perkuliahan/sekolah.
- Kesehatan, Faktor yang kedua yang tak kalah penting adalah faktor kesehatan. Karena itu, suatu hal yang penting diperhatikan adalah masalah kesehatan tubuh. Berupayalah Anda memiliki kesehatan tubuh yang selalu prima agar Anda dapat mencapai hasil optimal dalam menyelesaikan beban kuliah, responsi, dan praktikum. Menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan cara rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi, dan beristirahat secara cukup.
- Metode Belajar, Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka kita dituntut bukan hanya sekedar “bisa”, tetapi dituntut sampai pada tingkat “memahami”. Sehinga ketika kita dihadapkan pada soal seberat apapun apabila kita telah memahami materi maka insyaAllah kita akan bisa menyelesaikannya. Proses mencapai pemahaman adalah mengkaitkan setiap informasi dengan fakta, atau mengkaitkan fakta dengan informasi. Faktor terpentingnya, adalah informasi. Karenanya, informasi (tentang mata kuliah) harus selalu ditambah. Penambahan informasi selain dari buku wajib dapat dilakukan melalui sarana perpustakaan. Buku-buku yang ada diperpustakaan selain dapat memperluas konsep dasar dari mata kuliah yang bersangkutan juga dapat melatih Anda untuk mengerjakan bentuk-bentuk soal yang biasanya disertakan pada akhir tiap bab. Disamping itu sarana internet dapat juga dijadikan penunjang informasi yang kita butuhkan. Dengan jangkauan yang luas internet dapat dengan mudah membantu kita mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan mata kuliah/pelajaran yang kita ambil baik dari dalam maupun luar. Jadwalkan waktu belajar dengan baik dan belajarlah secara teratur, meskipun waktu ujian atau kuiz masih jauh.
- UjianUjian merupakan momen penting yang menentukan keberhasilan mahasiswa/pelajar dalam suatu mata kuliah. Dalam menghadapi ujian perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
Perasaan tenang dan percaya diri merupakan komponen utama dalam menghadapi ujian. Hindarkan perasaan stress, gugup, atau gelisah yang hanya akan menghancurkan konsentrasi dan menggerogoti daya berpikir kita yang sesungguhnya. Karenanya, berdoalah yang khusyu' sebelum ujian.
Memantapkan secara sempurna tentang topik yang akan diujikan. Yang ideal, pemantapan atau penguasaan mata kuliah hendaknya dilakukan secara bertahap. Bukan secara dadakan atau instan dengan gaya “SKS” (Sistem Kebut Semalam). Penumpukan informasi dalam volume besar dalam waktu yang singkat sangat tidak efektif dan hanya akan memberikan beban yang berlebihan ( over-loaded ) terhadap otak.
Mengenal lebih dini tentang format soal ujian untuk tiap mata kuliah yang biasanya berbeda-beda antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lainnya. Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat pada berkas ujian pada tahun sebelumnya. Hubungan yang baik dengan kakak kelas dalam hal ini tentu akan sangat membantu.
Mempersiapkan langkah teknis ujian akhir dengan baik, seperti KTM, Kartu ujian, pulpen, minimal 2 buah, kalkulator apabila ujian tersebut diperkenankan untuk menggunakan kalkulator. Meskipun sepertinya sepele, namun bila tidak disiapkan secara apik dan cermat, akan bisa mempengaruhi mental kita dalam mengerjakan soal ujian.Semua yang telah disampaikan di atas yang berkenaan dengan kiat sukses dalam meraih prestasi akademik, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar waktu, tenaga, dan potensi yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penutup
Kiranya menjadi mahasiswa/pelajar muslim yang sukses memang merupakan dambaan. Namun sekali lagi perlu diperhatikan benar, apa indikator “kesuksesan” yang digunakan. Jangan sampai Anda merasa menjadi sukses, padahal sebenarnya gagal. Mahasiswa/pelajar muslim yang sukses adalah mahasiswa/pelajar berhasil meraih 2 (dua) hal sekaligus: Pertama, Menjadi muslim yang berkepribadian Islam, dan Kedua, Meraih kesuksesan secara akademik.
Selain itu, seorang mahasiswa/pelajar yang berkepribadian Islam juga dituntut untuk peduli terhadap keadaan umat, dengan jalan turut serta memikul tanggung jawab dakwah Islamiyah demi terwujudnya tatanan umat dan masyarakat yang Islami
by : Tyo_ramadhani
Subscribe to:
Posts (Atom)