Pages

09/12/2009



GEISHA - TAK KAN PERNAH ADA 

   Dia memang hanya dia
   Ku slalu memikirkannya
   Tak pernah ada habisnya

   Benar dia benar hanya dia
   Ku slalu menginginkannya
   Belaian dari tangannya
   Mungkin hanya dia
   Harta yang paling terindah
   Di perjalanan hidupku
   Sejak derap denyut nadiku

 
   Mungkin hanya dia
   Indahnya sangat berbeda
   Ku haus merindukannya
   Benar dia benar hanya dia
   Ku slalu menginginkannya
 
   Belaian dari tangannya  
   Mungkin hanya dia
   indahnya sangat berbeda
   Ku haus merindukannya


   Ku ingin kau tahu isi hatiku
   Kaulah yang terakhir dalam hidupku
   Tak ada yang lain hanya kamu
   Tak pernah ada takkan pernah ada
   Ku ingin kau selalu di fikiranku
   Kau yang selalu larut dalam darahku
   Tak ada yang lain Hanya kamu
   Tak pernah ada takkan pernah ada

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

16/11/2009

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)






Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).

Sejarah 
 Latar belakang pembentukan PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
  1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
  2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
  3. Pisahnya NU dari Masyumi.
  4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
  5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.

Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.


Organisasi-organisasi pendahulu

Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.

Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.
 

Konferensi Besar IPNU

Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah : 

  1. A. Khalid Mawardi (Jakarta)
  2. M. Said Budairy (Jakarta)
  3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
  4. Makmun Syukri (Bandung)
  5. Hilman (Bandung)
  6. Ismail Makki (Yogyakarta)
  7. Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
  8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
  9. Laily Mansyur (Surakarta)
  10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
  11. Hizbulloh Huda (Surabaya)
  12. M. Kholid Narbuko (Malang)
  13. Ahmad Hussein (Makassar)

Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.



Deklarasi

Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.



Independensi PMII 

Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.

Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.

Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.



Makna Filosofis

 Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.

Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.

“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).

Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.

  
Akhirnya, Semoga PMII akan terus melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang kritis transformatif demi terwujudnya bangsa yang Demokratif, adil, dan sejahtera.
tangan terkepal dan maju ke muka...

Wallahul muwaffiq Ila Aqwaamit Thorieq
Wassalammu'alaikum Wr. Wb 

by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII





 NDP adalah nilai-nilai yang secara mendasar mensublimasi nilai-nilai ke-Islam-an (seperti, kemerdekaan/al-hurriyah, perasaan/al-musawa, keadilan, toleran, damai dan lain-lain) dan ke-Indonesia-an (keberagaman suku, agama dan ras;beribu pulau persilangan budaya) dengan kerangka pemahaman ahlu sunnah wal jamaah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah, mendorong, serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII.

Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan memberi spirit elan vital pergerakan yang meliputi cakupan iman (aspek akidah), Islam (aspek syari’ah) dan Ihsan (aspek etika, akhlak dan tasawuf) dalam upaya memperoleh kesejahteraan hidup didunia dan akhirat, dan sebagai tempat semai dan tumbuh, ke-Indonesia-an memberi area berpijak, bergerak dan memperkaya proses aktualisasi dan dinamika pergerakan. Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan Ahlu Sunnah wal Jamaah sebagai manhaj al-Fikr sekaligus manhaj al-Taghayyur al-Ijtima’i (perubahan sosial) untuk mendekonstruksikan sekaligus merekonstruksi bentuk-bentuk pamahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama yang toleran humanis, anti kekerasan, dan Kritis-Transformatif. Oleh karena itu:
  1. NDP menjadi sumber kekuatan ideal/moral dari aktifitas pergerakan.
  2. NDP menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam aktufitas pergerakan. Dengan demikian diharapkan menjadi pribadi Muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah berbudi luhur, berilmu, cakap, dan tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya, serta komitmen atas cita-cita kemerdekaan rakyat Indonesia. Sosok yang dituju adalah sosok insan kamil Indonesia yang kritis, inovatif dan transformatif yang sadar Akan posisi dan perannya sebagai khalifah di muka bumi.


by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia lahir dari organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama’ (NU). Pada tanggal 17 April 1960. ide lahirnya PMII lahir dari hasrat yang kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk membentuk sebuah organisasi yang menjadi tempat berkumpul dan beraktifitas bagi mereka. Akan tetapi karena pada waktu itu sudah berdiri Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU), sementara anggota dan pengurusnya banyak yang dari mahasiswa maka para mahasiswa NU banyak yang bergabung dengan IPNU. Sebenarnya keinginan untuk membentuk sebuah organisasi sudah ada sejak Muktamar II IPNU tahun 1959 di Pekalongan Jawa Tengah, akan tetapi belum mendapat respon yang serius, karena IPNU sendiri pada waktu itu masih memerlukan pembenahan, dalam proses IPNU yang masih dalam proses establish dikhawatirkan tidak ada yang mengurusi. Karena IPNU dianggap tidak mampu menampung aspirasi mahasiswa NU pada waktu itu. Pertama, kondisi objektif antara keinginan dan harapan mahasiswa serta dinamika yang terjadi berbeda dengan keinginan para pelajar. Kedua, dengan hanya membentuk departemen dalam IPNU mahasiswa NU tidak bisa masuk PPMI Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia, karena PPMI hanya menampung ormas mahasiswa.

Puncak dari perhelatan dibentuk tidaknya organisasi mahasiswa NU adalah ketika IPNU menyelenggarakan konferensi besar pada tanggal 14-17 Maret 1960 diKaliurang Yogyakarta. Diawali oleh Isma’il Makky selaku ketua departemen Perguruan Tinggi (IPNU) dan M. Hartono, BA (mantan Wakil Pimpinan usaha Harian Pelita Jakarta), akhirnya forum konferensi membuat keputusan tentang perlunya didirikan organisasi mahasiswa NU. Lalu dibentuklah panitia sponsor pendiri yang beranggotakan 14 orang, yang dilanjutkan dengan musyawarah mahasiswa NU yang diselenggarakan di Surabaya, yang sebelumnya PBNU sudah merestui. Dan pada tanggal 17 April 1960 secara sah PMII dinyatakan berdiri dan H. Mahbub Djunaidi dinyatakan sebagai ketua terpilih.
Unsur pemikiran yang ditonjolkan pada organisasi yang akan berdiri pada waktu itu adalah:
Mewujudkan adanya kedinamisan sebagai organisasi mahasiswa, khususnya karena pada waktu itu situasi nasional sedang diliputi oleh semangat revolusi.
Menampakkan identitas ke-Islaman sekaligus sebagai konsepsi lanjutan dari NU yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah juga berdasarkan perjuangan para wali di pulau jawa yang telah sukses dengan dakwahnya. Mereka sangat toleran atas tradisi dan budaya setempat. Sehingga dengan demikian ajaran-ajarannya bersifat akomodatif.
Memanifestasikan nasionalisme sebagai semangat kebangsaan, karenanya nama Indonesia harus tercantum.


Independensi dan pencarian jati diri

Jatuhnya orde lama dan naiknya Soeharto sebagai rezim orde baru membawa kepada perubahan politik dan pemerintahan yang cukup signifikan setelah Soekarno sebelumnya membubarkan Masyumi, orde baru juga berobsesi untuk mengurangi partai politik yang berbau ideologi dengan mendirikan partai untuk menopang keuasaannya sendiri. Kebijakan pemerintahan orde baru diatas telah menempatkan pemerintahan sebagai wilayah kauasaan yang tidak bisa dijamah dan dikritisi oleh masyarakat.

Fenomena diatas menuntut PMII mampu melakukan pembacaan secara jeli tentang dirinya ditengah upaya pemerintah untuk melakukan upaya-upaya pengkerdilan terhadap setiap komponen masyarakat-bangsa termasuk partai politik selain golkar. Dari hasil pembacaan itu bahwa apabila PMII tetap bernaung dibawah NU yang masih berada pada wilayah politik praktis, maka PMII akan mengalami kesulitan untuk berkembang sebagai ormas mahasiswa. Atas dasar pertimbangan inilah pada MUBES V tanggal 14 Juli 1972 di Munarjati Malang, PMII memutuskan untuk menjadi organisasi yang independen yang tertuang dalam deklarasi Munarjati. Dengan ini PMII sebagai tidak terikat pada sikap dan tindakan siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi serta cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan pancasila.

Pada periode 1980-an PMII yang mulai serius masuk dan melakukan pembinaan di perguruan tinggi menemukan kesadaran baru dalam menentukan pilihan dan corak gerakannya. Bersamaan dengan Khittah 1926 NU pada tahun 1984 dan diterimanya pancasila sebagai asas tunggal, PMII telah membuat pilihan-pilihan peran yang cukup strategis. Dikatakan strategis karena menentukan pilihan pada tiga hal yang penting, yaitu:
PMII memberikan prioritas pada upaya pengembangan intelektualitas.
PMII menghindari keterlibatannya dengan politik praktis, baik secara langsung atau tidak, dan bergerak pada wilayah pemberdayaan Civil Society.
Memilih mengembangkan paradigma kritisisme terhadap negara. Pilihan-pilihan tersebut membuat PMII selalu berjarak dengan struktur-struktur kekuasaan politik maupun pemerintahan.

by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

11/11/2009

Peristiwa 10 November

 Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur.


Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia
Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan perjanjian Kalidjati. Sejak itulah, Indonesia diduduki oleh Jepang.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulan Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Masuknya Tentara Inggris & Belanda
Rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, selain itu, tentara Inggris juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris. Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana.

Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya
Setelah munculnya maklumat pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera makin meluas ke segenap pelosok kota.

Di berbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya, susul menyusul bendera dikibarkan. Antara lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (kantor Syucokan, gedung Gubernuran sekarang, Jl Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kempeitai (sekarang Tugu Pahlawan), di atas gedung Internatio, disusul barisan pemuda dari segala penjuru Surabaya yang membawa bendera merah putih datang ke Tambaksari (lapangan Gelora 10 November) untuk menghadiri rapat raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda Surabaya.

Saat itu lapangan Tambaksari penuh lambaian bendera merah putih, disertai pekik 'Merdeka' mendengung di angkasa. Walaupun pihak Kempeitai melarang diadakannya rapat tersebut, namun mereka tidak berdaya menghadapi massa rakyat yang semangatnya tengah menggelora itu. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru/Hotel Yamato atau Oranje Hotel, Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.

Mula-mula Jepang dan Indo-Belanda yang sudah keluar dari interniran menyusun suatu organisasi, Komite Kontak Sosial, yang mendapat bantuan penuh dari Jepang. Terbentuknya komite ini disponsori oleh Palang Merah Internasional (Intercross). Namun, berlindung dibalik Intercross mereka melakukan kegiatan politik. Mereka mencoba mengambil alih gudang-gudang dan beberapa tempat telah mereka duduki, seperti Hotel Yamato. Pada 18 September 1945, datanglah di Surabaya (Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari Allied Command (utusan Sekutu) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta.

Rombongan Sekutu oleh Jepang ditempatkan di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya. Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees, Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran).

Karena kedudukannya merasa kuat, sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan hari ketika pemuda Surabaya melihatnya, seketika meledak amarahnya. Mereka menganggap Belanda mau menancapkan kekuasannya kembali di negeri Indonesia, dan dianggap melecehkan gerakan pengibaran bendera yang sedang berlangsung di Surabaya.

Begitu kabar tersebut tersebar di seluruh kota Surabaya, sebentar saja Jl. Tunjungan dibanjiri oleh rakyat, mulai dari pelajar berumur belasan tahun hingga pemuda dewasa, semua siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa dengan luapan amarah. Agak ke belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang tampak berjaga-jaga. Situasi saat itu menjadi sangat eksplosif.

Tak lama kemudian Residen Sudirman datang. Kedatangan pejuang dan diplomat ulung yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, menyibak kerumunan massa lalu masuk ke hotel. Ia ingin berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawan. Dalam perundingan itu Sudirman meminta agar bendera Triwarna segera diturunkan.

Ploegman menolak, bahkan dengan kasar mengancam, "Tentara Sekutu telah menang perang, dan karena Belanda adalah anggota Sekutu, maka sekarang Pemerintah Belanda berhak menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Itu tidak kami akui." Sambil mengangkat revolver, Ploegman memaksa Sudirman untuk segera pergi dan membiarkan bendera Belanda tetap berkibar.

Melihat gelagat tidak menguntungkan itu, pemuda Sidik dan Hariyono yang mendampingi Sudirman mengambil langkah taktis. Sidik menendang revolver dari tangan Ploegman. Revolver itu terpental dan meletus tanpa mengenai siapapun. Hariyono segera membawa Sudirman ke luar, sementara Sidik terus bergulat dengan Ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Beberapa tentara Belanda menyerobot masuk karena mendengar letusan pistol, dan sambil menghunus pedang panjang lalu disabetkan ke arah Sidik. Sidik pun tersungkur.

Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui kejadian itu langsung merangsek masuk ke hotel dan terjadilah perkelahian di ruang muka hotel. Sebagian yang lain, berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman turut terlibat dalam pemanjatan tiang bendera. Akhirnya ia bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang kembali. Massa rakyat menyambut keberhasilan pengibaran bendera merah putih itu dengan pekik "Merdeka" berulang kali, sebagai tanda kemenangan, kehormatan dan kedaulatan negara RI.

Kemudian meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris pada 27 Oktober 1945. Serangan-serangan kecil itu ternyata dikemudian hari berubah menjadi serangan umum yang hampir membinasakan seluruh tentara Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

Kematian Brigadir Jenderal Mallaby
Setelah diadakannya gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Tetapi walau begitu tetap saja terjadi keributan antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945. Mobil Buick yang sedang ditumpangi Brigjen Mallaby dicegat oleh sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Karena terjadi salah paham, maka terjadilah tembak menembak yang akhirnya membuat mobil jenderal Inggris itu meledak terkena tembakan. Mobil itu pun hangus.

Ultimatum 10 November 1945
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut ditolak oleh Indonesia. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah dibentuk.

Selain itu, banyak sekali organisasi perjuangan yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia).

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30.000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang.

Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.

Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak.

Namun di luar dugaan, ternyata para tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari kalangan ulama' serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat umum (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) juga ada pelopor muda seperti Bung Tomo dan lainnya. Sehingga perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris.

Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.

10 November tetap menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa indonesia, karena itu merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa indonesia, dan pahlawan-pahlawan yang telah gugur dapat menjadi tauladan dan contoh bagi kita penerus perjuangan bangsa. makhluk-makhluk intelektual seperti kita hendaknya berpikir jernih bagaimana caranya meneruskan perjuangan ini, kita hanya meneruskan bukan kembali merebut kemerdekaan. hanya dengan itu pahlawan-pahlawan yang telah gugur mendahului kita bisa tersenyum lebar di alam sana...


by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

04/11/2009

Surabaya i'm in Love

       
Entah dari mana awalnya cerita ini, aku tak tahu dan sedikit pusing memikirkannya. Tapi mungkin perasaanku bisa menjelaskan semuanya. Pada awalnya sih biasa saja, tapi ketika dia mulai hadir kedalam mimpiku semua terasa jelas dan nyata.

Surabaya, salah satu kota besar di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terletak di wilayah kepulauan Jawa di rentetan sebelah timur. Ya, Surabaya memang ibu kota Jawa Timur, bagi aku kota itu memuat semua memory yang indah, bisa dibayangkan bagaimana tidak, aku yang tak pernah ke kota itu selama 15 Tahun terakhir ini ternyata bisa melabuhkan cintaku disana. Yupz, bener banget.... seseorang yang telah berhasil menyita perhatianku, seseorang yang telah membuat aku terpesona.


Pertama aku pun seakan tak percaya dengan semua ini, dengan perkenalanku dengan dia yang cukup singkat, hanya dengan lewat Short Message Service  dan chat via facebook, semua menjadi perasaan yang benar-benar indah. Mungkin ini yang dikatakan jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi gak juga sih, belum memandang wajah aslinya saja sudah jatuh cinta, berarti jatuh cinta sebelum pandangan pertama atau jatuh cinta pada pandangan minus pertama hehehe....

2 November 2009, menjadi hari yang sangat berarti bagiku. Di tepi pantai di Surabaya aku menyatakan cintaku ke dia, batu-batuan dan jembatan terpanjang di asia tenggara (Jembatan Suramadu) menjadi saksi bisu atas cinta kita. Sungguh indah, diapun menerima cintaku, dan perjalananku di Kota Surabaya pun menjadi tak sia-sia. Entah kapan hari itu  akan terulang lagi. Udah ah, jadi malu aku... sampai disini saja ceritanya. Tunggu di part yang kedua....!!!

I love you forever... kamulah cinta pertama dan terakhirku,,, Amiiiinnn.......!!!!!!

 
by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

30/10/2009

PUISI UNTUK SAHABAT

sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam

by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

28/10/2009

SOEMPAH PEMOEDA

Sejarah telah mencatat peran pemuda bagi indonesia.
Dengan momentum sumpah pemuda inilah mari kita sebagai penerus generasi bangsa,
kita tingkatkan nasionalisme kita dengan Bertanah Air, Berbangsa, Berbahasa Satu Indonesia...


Bangkitlah para pemuda indonesia,,,

SOEMPAH PEMOEDA

Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928


 

by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

27/10/2009

Wejangan Kakang Mas Tarmadji Boedi Harsono, SE (Ketua Umum PSHT Pusat)



Sering saya sampaikan wong Terate nek siji musuh siji nek menang ora kondang nek kalah ngisin ngisini. Luweh becik ora. Nanging nek siji dikrubut wong telu nek menang kondang kalah umum dikeroyok wong telu. (Sering saya sampaikan, warga SH Terate kalau berkelahi satu lawan satu, jika menang tidak tersohor. Lebih baik tidak. Tapi jika satu dikerubut orang tiga, menang kesohor, kalah wajar karena dikeroyok. Maksud ungkapan Ketua Umum SH Terate ini, pelajaran beladiri di SH Terate itu hanya boleh digunakan untuk membela diri. Itu pun jika kita terpaksa dan demi membela kebenaran – pen)


Ini seringkali saya sampaikan, saya ingatkan berkali-kali. Yang paling jahat ki nek wong Terate gak gawe aturan sak penake dhewe. (Yang palling jahat adalah kalau terjadi warga SH Terate tidak tahu aturan dan berbuat semaunya sendiri – pen)


Melalui media malam 1 Muharram ini, saya ingatkan. Gunakan kesempatan yang paling baik di bulan Muharram ini sing gedhe tirakate. Nek iso yo poso, nek ra iso yo ngurangi. Sedino mangan ping telu aku mangan ping pindho. Biasane aku nesu tak empet tak kurangi nesu. Sing biasane tutuk ki cerewet yo malih ora cerewet. Sing biasane aku ra bantu tonggo teparo, aku budal ngewangi tonggo teparo. (Gunakan kesempatan yang paling baik di bulan Muharram ini dengan memperbanyak tirakat. Kalau bisa berpuasa. Kalau tidak kuat puasa, mengurangi jatah makan atau mencegah hal-hal yang jelek. Jika suka marah, kurangi marahnya. Yang biasanya cerewet, mencoba tidak cerewet. Yang biasanya tidak pernah membatu tetangga, membantu tetangga – pen)


Ini saya sampaikan kalau saudara belajar dimuka ojo sok gawe susahe liyan opo alane gawe seneng liyan. ( Ini saya sampaikan, kalau saudara belajar dari ajaran filsafat yang terpasang di depan, di dinding Sasana Kridanggo, di situ tertulis ‘’ Jangan suka membuat susah orang lain, tapi berbuatlah kebajikan pada orang lain – pen). Jika kita bicara tanpa arti, mung waton omong (hanya membual – pen), lebih baik diam. Sebab diam itu emas. Tapi kalau bicaranya punya arti, lebih baik dari pada diam, itu menjadi intan berlian. Tapi kalau bicaranya kurang baik, lebih baik diam gak nambahi doso (tidak menambah dosa – pen). Jadi kalau saya tulis dimuka ini tidak sekedar tulisan (Petuah yang tertulis di dinding depan Sasana Kridanggo, Pedepokan Setia Hati Terate Pusat Madiun – pen). Ojo seneng gawe susah ing liyan opo alane gawe seneng ing liyan.(Janga suka membuat susah orang lain, apa susahnya membuat senang orang lain – pen).


SH Terate itu mendidik agar supaya hati kita itu bersih. Nek atine ki resik, disayang gusti Allah.(Jika hati kita bersih, disyang Allah - pen)


Tapi saya mengingatkan, kalau kekuatan tiap orang itu tidak sama. Yang ada saling hormat menghormati, saling sayang menyayangi dan saling bertanggungjawab. Di organisasi ini, kita punya kewajiban saling bertanggungjawab.


Melalui kegiatan kegiatan di bulan Muharram, kalau nanti ada selamatan bubur Suran, kita mengenang betapa menderitanya (tokoh panutan umat manusia – pen) dikala dulu dalam berjuang membela kebenaran. Tapi kalau saudara ketahui, selamatan bubur Suran itu sebetulnya yang paling bener, di malam 10 Muharram. 10 Muharram itulah orang terbebas dari segala marabahaya. Itulah kenapa biasanya disuatu pondok pesantren, tempat-tempat lain, biasa disambut dengan doa doa, bersyukur dan mengirim doa pada syuhada.


Saya mengingatkan pada saudara saya, dengan mengadakan kegiatan ini, SH Terate punya satu tujuan. Tujuannya cukup mulia. Bukan untuk Terate. Bukan. Tapi untuk orang yang bergabung di Terate ini. Diajak, dididik, diarahkan, tanpa mbayar ibarate. Karena pelatih itu tidak dibayar. Di aturan gak ada. Tapi kalau ada pelatih njaluk (minta – pen) itu urusan pribadi pelatih, bukan organisasi.


Kita dididik untuk menjadi manusia yang punya watak sifat budi luhur, yang mengenal diri sendiri sebaik baiknya, agar kita tidak sulit mengenal orang lain. Ini mengandung makna orang itu nek wis ndelok awake dewe jebule aku ki enek sing kurang to. Nek ngono dulurku kiwo tengen, boloku yo duwe kekurangan.(Manusia itu kalau instropeksi, melihat ke dalam diri sendiri, akan menyadari kekurangan dan kelemahannya. Kalau begitu, saudaraku, teman-teman dekat, ya punya kekurangan – pen). Maka kita tidak terseret arus. Menyadari kita punya kekurangan, akhirnya kita tidak mudah ngelokne uwong, ngenyek uwong, menghina orang, itu tidak. Yang ada adalah opo alane awake dewe ki nyenengke liyan.(Apa jeleknya diri kita ini menyenangkan orang lain – pen). SH Terate mendidik ini.



SH Terate Tidak Perlu Kaya

Saya tidak ingin SH Terate itu kaya, tidak. Tapi saya minta, saya mohon pada Allah SWT sing sugih ki dulur dulur ku iki. Nek keluarga besar SH Terate ki sugih aku katot sugih, katot nikmat. SH Terate katot. Tapi nek organisasine sing sugih, iku mesti lirik-lirikan, eker-ekeran, mbuntut-mbuntute saling ngrasani sakbedadok ( yang diberi kekayaan itu saudara saya. Jika Keluarga Besar SH Terate kaya, saya ikut kaya, ikut menikmati. SH Terate juga ikut menikmati. Tapi kalau organisasinya yang kaya, anggota bisa salling melirik, saling berebut, ujung-ujungnya saling memfitnah – pen). Saya seneng saudara saya kaya. Tapi saya nangis kalau ada saudara saya menderita.


Bagaimana SH Terate dalam membangun persaudaraan yang kekal dan abadi ini tidak dikotori ulah oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Wis to nek iso guyub rukun mbangun deso, gak enek ceritane wong SH Terate nek endi gone gak dihormati uwong. Rasah duduhne pameran tukang gelut, wong SH Terate disiplin dididik. mBok wis tuwo to sak saya, la nek kowe tatak tak entengi patiku. (Jika warga SH Terate rukun, membangun desanya, tidak ada ceritanya orang SH Terate, kapan dan di mana pun tempatnya, tidak dihormati orang lain. Tidak usah sombong dan pamer kekuatan serta suka berkelahi, orang SH Terate dididik disiplin. Meski setua saya ini, jika kamu tatak, saya ringankan kematian saya).


Tapi nek mung gawe gegeran emoh aku (Tapi jika hanya membuat geger, membuat ulah, meresahkan masyarakat, saya tidak mau-pen). Saya ajak mereka untuk membangun, bukan untuk merusak. Jadi saya mohon saudara sekaliyan menghormati betul makna bulan Muharram. Karena kita ini napak tilas, ora gawe mas (tidak membuat – pen). SH Terate ngenekne (melaksanakan – pen) kegiatan dibulan Muharram dengan satu harapan mendapatkan kelebihan. Kalau orang lain mengatakan mendapat mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa.


Sadar nggak sadar kita ini nempil kamukten (pinjam martabat –pen) di Terate. Orang takut dengan saya bukan takut dengan Tarmaji tapi takut nek aku ki wongTerate bolone akeh (kalau saya ini warga SH Terate, saudaraku banyak – pen). Tapi ini jangan dipakai untuk arogansi, jangan. Tugas kewajiban kita menjaga agar supaya orang lain gak sak penake dhewe (tidak memperlakukan kita sekehendak hatinya – pen).


Kemudian kita dituntut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wong ki nek cedek pemimpin ki rasane nikmat mas. Saya cedek mas Bagyo, gek mas Bagyo ki wong SH Terate, enek kegiatan budaya wis tak jupuk SH terate, alhamdulillah. (Orang itu kalau dekat pemimpin rasanya nikmat. Saya dekat dengan Mas Bagyo, Drs, Subagyo TA – Kadin Perdagangan, Industri dan Periwisata Kota Madiun, dan Mas Bagyo itu warga SH Terate, ada kegiatan budya, yang diambil ya SH Terate, alhamdulillah – pen). Saya seneng. Kalau tidak, bukan SH Terate yang diambil. Ibaratnya begitu.


Makna Uang Mahar 

Banyak keuntungan kita bergabung di SH Terate ini. Rugi berapa sih rugi. Bayar berapa sih yang dibayar. Di Terate itu nggak ada iuran. Malah di pusat ndak pernah narik. Kalau para calon warga mau menjadi Terate memang punya kewajiban. Namanya mas kawin dinamakan uang mahar. Nebus jul siji bayarane siji uang logam. Mengapa milih jul siji, biar kita menjadi orang yang tertinggi. Kemudian membayar uang pangkal jadi keluarga SH Terate. Itu kewajiban dimanapun seumur hidup ya hanya sekali itu.


Ini yang perlu dipahami semua pihak. Kalau mau iuran itu di jajaran cabang, di jajaran ranting, ya silakan saja. Saya tutup mata. Sepanjang tidak ribut.


Untuk itulah, saudara sekalian yang saya hormati, saya juga tidak panjang lebar, saya hanya mengingatkan. Sekali lagi saya ingatkan. Resapi dulu, hayati dulu bulan Muharram itu ada apa sih. Kok SH Terate ngambil itu. Tapi kenyataannya SH Terate mengambil bulan Muharram SH Terate berkembang terus. Nggak perlu diperintah, ndak perlu dibuat tapi berkembang secara alami karena SH Terate mempunyai prinsip wong nandur ngunduh, siapa berbuat dia bertanggungjawab. Siapa mulai dialah yang akan mengakhiri. Mulai baik dia akan menerima baik. Mulai jelek dia akan menerima kejelekan.


Dan saya mengingatkan sing gedhe tirakate. Kalau kamu nggak tirakat jangan harap dihari kemudian kamu akan bahagia. Kalau orang muda masih muda nggak mau sekolah, nggak mau belajar, di hari kemudian dia akan tercampak dipinggir menjadi orang yang minta-minta. Orang muda juga harus belajar. Tapi kalau orang sekolah jagakne dukun, jagakne kerpekan (mengandalkan dukun, mengandalkan kerpekan, jiplakan – pen) gak akan bisa berhasil dengan baik. Itu sudah hukum alam yang gak bisa dirubah-rubah.


by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

23/10/2009

MENILIK SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA

 Sejarah pergerakan dan perubahan diberbagai negara mencatat peranan gerakan mahasiswa sebagai inspirator melalui gagasan dan tuntutanya. Mahasiswa tampil sebagai garda terdepan perjuangan dengan keberanianya dan dikenang sebagai pahlawan dalam pengorbananya. Catatan perjuangan mahasiswa tidak sealu diakhiri dengan kemenangan namum ide-ide perjuangan mahasiswa tidak akan pernah mati sampai kemenangan diraih oleh para penerus dan pendukungnya.
Menilik perjalanan panjang sejarah bangsa ini tentu tak terlepas dari peran pemuda, awal pergerakan Bangsa Indonesia dimulai dengan pendirian Budi Utomo setelah itu menghasilkan Sumpah Pemuda yang menjadi cikal bakal kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan Republik Indonesia juga berkat kejelian pemuda Indonesia dimana melihat posisi sekutu yang lemah ( vacuum of power ) sehingga mereka berinisiatif untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan akhirnya berhasil walaupun dengan proses yang rumit dan sedikit radikal namun itulah seninya. Setelah kemerdekaan Indonesia pemuda tak lantas diam menikmati kemerdekaan ini namun pemuda Indonesia tetap peka, kritis, peduli dan berkontribusi nyata dengan 2x menumbangkan pemerintahan yang tidak memihak rakyat yaitu pemerintahan Soekarno dan Soeharto.

Melihat kilas balik sejarah diatas apakah kita tidak merasa malu? Saat ini kita dipenuhi dengan berbagai hal yang memudahkan, mengenakan, serba ada, serba bebas yang membuat kita mabuk kepayang. Jika hari ini pemuda-pemuda Indonesia zaman dahulu, Ki Hajar Dewantoro, M Natsir, Moh. Hatta mengetahui para penerusnya mabuk dengan minuman keras, narkoba, free sexs dan hal – hal lain yang memabukan tentu mereka akan menangis bahkan menyesal telah menjadikan Indonesia merdeka, lebih baik Rakyat Indonesia makan pangkal pohon pisang dari pada tunduk pada penjajah. Apabila hari ini kita baru sadar belum terlambat untuk merubah semuanya, dengan menerapkan 3 peran dan fungsi mahasiswa yaitu Director Of Change, Agent Of Social Control dan Iron Stock kita mampu meneruskan perjuangan para founding father bangsa ini..

Peran dan fungsi mahasiswa yang pertama sebagai Director Of Change adalah mahasiswa berperan dalam merancang, melaksanakan, dan merealisasikan setiap perubahan- perubahan menuju kearah yang lebih baik. Mahasiswa di harapkan mampu menjadi penyambung lidah rakyat terhadap pembuat kebijakan dan penerjemah lapangan terhadap setiap kebijakan dari pembuat kebijakan. Mahasiswa adalah garda terdepan perjuangan rakyat, apabila hari ini mahasiswa telah menjadi mahasiswa yang apatis, pragmatis maka bersiapalah menyambut kehancuran bangsa ini. Peran dan fungsi mahasiswa yang kedua sebagai Agent Of Social Control adalah mahasiswa harapkan memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual dengan berperan sesuai dengan bidang keilmuan masing- masing. Asumsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi social masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Intinya mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.
Peran dan fungsi mahasiswa yang ketiga adalah Iron Stock, dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini. Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Namun apabila hari ini ternyata kita tidak berusaha mambangun diri kita sendiri apakah mungkin kita kan membangun bangsa ini suatu saat nanti? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing, umtuk itu tetap setia digaris massa karena mundur dari perjuangan adalah sebuah penghianatan.

by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

Islam Indonesia

 Wacana Islam Indonesia begitu marak dijadikan sebagai bahan diskusi. Wacana yang dikembangkan oleh kalangan ‘intelektual muda muslim kontemporer’ ini daya jangkaunya sampai sekarang memang hanya terbatas pada orang-orang dengan taraf pendidikan menengah keatas. Tapi, seperti kita pahami bahwa dari merekalah nantinya ide ini akan menggelontor menjadi bahan-bahan diskusi di khalayak ramai, bahkan boleh jadi menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah sejak tingkat dasar. Maka, sejak awal wacana ini perlu kita kritisi.

Sekilas, ide tentang Islam Indonesia atau Islam berbingkai keindonesiaan terasa indah dan menyejukkan. Sebagai kontra konsep dengan Islam Transnasional atau Islam Arab, Islam Indonesia digambarkan begitu menyejukkan, santun, toleran, moderat, demokratis dan pluralis. Bandingkan saja dengan konsep Islam Transnasional yang mereka gambarkan. Puritan, sektarian, kasar, mengerikan, intoleran. Sekilas gambaran Islam Indonesia begitu indah. Islam Indonesia dideskripsikan sebagai Islam yang bisa menyatu dengan akar budaya Indonesia, berislam sekaligus berpancasila. Islam Transnasional digambarkan sebagai pihak yang selalu mempertentangkan Islam dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.


Kemudian wacana berkembang. Pengusung ‘Islam Indonesia’ mencoba memainkan isu, bahwa Islam keindonesiaan yang sejak dulu dianut oleh bangsa Indonesia sekarang terancam eksistensinya. Gerakan-gerakan Islam Transnasional begitu gencar mengopinikan ide-idenya, sehingga banyak lahir pemuda-pemuda yang berpikiran Islam garis keras. Masih segar di ingatan kita, bagaimana reaksi tokoh-tokoh pengusung Islam Indonesia ketika melihat Hizbut Tahrir sukses menggalang kekuatan umat untuk membesarkan kegiatan Konferensi Khilafah Internasional (KKI), 2007 silam. Bahkan, pimpinan salah satu ormas Islam terbesar mengharuskan dirinya berkampanye ke berbagai daerah untuk menunjukkan bahwa ide Khilafah Islamiyah bukanlah ide yang laku di tengah-tengah masyarakat. Puncaknya, kegiatan Harlah organisasi tersebut yang ingin menunjukkan bahwa kekuatan pengusung Islam Indonesia lebih kuat dan lebih besar dari pengusung Khilafah Islamiyah.

Kelompok yang juga begitu sering mewacanakan ide Islam keindonesiaan adalah Jaringan Islam Liberal (JIL). Mereka begitu gencar -tentunya kalau ada kucuran dana dari tuan mereka- mewacanakan ide Islam keindonesiaan. Forum-forum diskusi, tulisan-tulisan di media cetak, buku dan melalui situs mereka islamlib.com. Salah satu contoh wacana Islam keindonesiaan mereka adalah Indonesia untuk semua, termasuk penghujat Islam dan Rasulullah Saw. Kita bisa saksikan bagaimana mereka begitu gigih membela keberadaan Ahmadiyah di negeri ini. Tapi, seperti bertolak belakang, mereka malah mendesak pemerintah membubarkan MUI. Apa maksudnya ini?

Pemahaman Islam Indonesia ini pula yang menjadi dasar dari pembuatan buku fitnah tak ilmiah, “Ilusi Negara Islam”
Wacana Islam Indonesia atau Islam keindonesiaan bukanlah konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Islam dalam definisi yang jami’an wa mani’an dimaknai sebagai “dien yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw untuk seluruh umat yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia yang lain, dan manusia dengan dirinya sendiri“. Dari definisi ini jelas, Islam adalah dien yang kamil wa syamil. Agama yang sempurna dan menyeluruh. Tak perlu ada tambahan lagi. Ini semakin dikuatkan dengan satu ayat dari surah al-Maidah -yang menurut jumhur ulama dianggap sebagai ayat yang terakhir diturunkan-, yang berbunyi “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah kucukupkan untuk kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai Dien kalian” (TQS. Al-Maidah [5] : 3).

Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa Islam sudah sempurna diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, tak perlu ditambah-tambahi lagi. Ini sudah bisa jadi argumentasi ‘pemati’ wacana Islam keindonesiaan. Islam keindonesiaan digulirkan atas dasar pemahaman bahwa diperlukan pengamalan ajaran Islam yang khas bercirikan Indonesia. Sederhananya, Islam untuk Indonesia perlu direvisi agar tak terwarnai dengan Islam dari Arab. Islam Indonesia lahir dari cara yang berbeda dari Islam yang lahir di Arab. Islam di Indonesia disebarkan melalui kesantunan dan perdamaian sedangkan Islam Arab disebarkan melalui pedang dan penindasan. Coba kita renungkan, argumentasi Islam keindonesiaan jelas sudah mati sejak pertama kali diwacanakan.

Tidak ada perbedaan antara Islam Arab dan Islam Indonesia. Fakta menunjukkan, Islam memang diturunkan di Arab kepada Muhammad Saw, seorang Arab Quraisy. Tapi, sejak awal Allah telah menyatakan bahwa Islam adalah untuk semua bangsa. Tidak ada keistimewaan bangsa Arab dibandingkan bangsa ‘Ajam, demikian pula sebaliknya. Konsep Islam rahmatan lil ‘alamin tentu karena Islam kompatibel untuk seluruh bangsa dan seluruh masa sejak turunnya. Jika ada perbedaan penerapan Islam di Arab dengan di Indonesia, maka kita kaji dulu. Dalam ajaran Islam ada yang termasuk perkara furu’ dan ada yang termasuk perkara ushul. Perkara ushul adalah perkara aqidah dan seluruh perkara yang qath’i secara tsubut dan dilalah. Dalam perkara ushul tidak boleh ada perbedaan. Perbedaan dalam hal ini menunjukkan sesatnya pemahaman. Sedangkan perkara furu’ adalah bagian syariah yang dalilnya bersifat zhann baik tsubut dan dilalah, tsubut-nya saja, atau dilalah-nya saja. (Bagi yang belum terlalu paham, silakan kaji lebih dalam tentang ushul fiqih di kitab Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyah Juz 3, karangan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan kitab Taysir al-Wushul ila al-Ushul, karangan Syaikh Abu Rasythah ‘Atha bin Khalil). Nah, jika perbedaan penerapan Islam di Indonesia dan di Arab berbeda dalam perkara ushul, tentu ada salah satu -atau malah keduanya- yang menyimpang. Yang menyimpang tentu harus kita luruskan, bukan malah membenarkan hal tersebut sebagai bagian dari pemahaman yang khas Indonesia. Ini jelas salah kaprah. Kalau beda dalam perkara furu’ tentu bukan sesuatu yang harus dipersoalkan.

Pendapat yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia berbeda dengan penyebaran Islam di negeri lain terkhusus Arab juga perlu kita tinjau kembali. Bahwa ada sikap yang begitu bijak dari para penyebar Islam di Indonesia -kita kenal dengan Walisongo-, harus kita akui. Tapi kalau dikatakan ada metode yang berbeda dalam penyebaran Islam, ini tentu tidak benar. Islam disebarkan di Indonesia maupun di negeri lain dengan metode yang sama yaitu dakwah dan jihad oleh Khilafah Islamiyah. Tak ada perbedaan (Silakan lihat Booklet HTI: Jejak Syariah dan Khilafah di Indonesia. 2007. HTI Press). Perbedaan hanya dalam uslub dan wasilah, bukan dalam metode atau thoriqoh.

Wacana Islam keindonesiaan juga sarat dengan paham pluralisme dan sinkretisme. Pluralisme sebagai paham yang mengakui dan mewajibkan adanya keragaman pemahaman meniscayakan pemahaman bahwa kebenaran adalah relatif. Dalam hal qath’i pun kita boleh berbeda. Bahkan -secara ekstrim- Tuhan pun tak boleh menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Sinkretisme adalah pemahaman yang mencoba mencampuradukkan satu pemahaman dengan pemahaman yang lain, atau satu agama dengan agama yang lain. Hasilnya dirumuskan sebagai pemahaman yang berbeda. Lahirlah yang dinamakan Islam keindonesiaan. Paham pluralisme telah difatwakan haram oleh MUI tahun 2007 lalu (http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=137). Lajnah Ad-Da’imah Divisi Penelitian Ilmiah dan Komisi Fatwa Kerajaan Arab Saudi bahkan memfatwakan murtad bagi muslim yang mengusung paham sinkretisme (http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=183).

Penggambaran islam Indonesia yang toleran, moderat dan demokratis sedangkan Islam Arab sebagai Islam yang radikal, anti demokrasi, dan ekstrimis juga merupakan penggambaran yang tidak tepat. Pensifatan Islam radikal dan Islam moderat adalah upaya Barat untuk memecah belah umat Islam (Silakan baca dokumen laporan resmi berjudul “Building Moderate Muslim Networks” yang dikeluarkan pada tahun 2007 oleh RAND Corporation sebuah Pusat Penelitian & Pengkajian Strategi tentang Islam & Timur Tengah, yang berpusat di Santa Monica –California dan Arington– Virginia, USA). Upaya ini di Indonesia, salah satunya didukung oleh cendekiawan Muslim yang berpikiran liberal. Islam sudah punya sifat sendiri yang berbeda dengan tuduhan barat. Sifat Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Saya rasa sudah cukup, sedikit kritik terhadap wacana Islam Indonesia atau Islam keindonesiaan. Sedikit ini pun sudah sangat bisa melumpuhkan argumentasi mereka yang terkesan ilmiah. Kita jangan mau dijebak dengan kata-kata kalangan liberal yang mewacanakan ide ini. Karena mereka tak benar-benar cerdas. Media yang disetir oleh mereka lah yang mengesankan mereka cerdas. Karena, cerdas yang sebenarnya adalah kecerdasan yang menundukkan akal pada kebenaran dan bukan malah memalingkannya dengan beribu alasan. Kebenaran yang sejati adalah Islam. Kaffah. Kamil wa Syamil. Mari kita tawarkan Islam untuk Indonesia kita. Islam agar Indonesia barakah.

by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg

22/10/2009

Meretas Jalan Menuju Mahasiswa/Pelajar Muslim yang Sukses

         Sahabatku..!!! sukses dapat diartikan sebagai keadaan tercapainya tujuan atau cita-cita. Lawannya adalah gagal, yaitu keadaan tidak tercapainya suatu tujuan atau cita-cita. Sukses di sini masih memiliki arti umum, dalam arti bisa bernilai benar atau salah, tergantung pada pandangan hidup yang mendasari perumusan tujuan dan standar yang digunakan untuk menilai suatu kesuksesan dan kegagalan. Seorang pencopet misalnya, dapat dikatakan sukses bila dia berhasil mengambil dompet atas tas sasarannya. Sementara seorang penjual, dikatakan sukses bila mendapat keuntungan yang berlimpah. Jadi, “sukses” tidak selamanya identik dengan “benar”. Bisa saja seseorang merasa sukses, namun sebenarnya dia tidak berada di atas kebenaran. Dengan kata lain, hakikatnya dia telah gagal. Yang harus dicari adalah kesuksesan yang sejati, yaitu kesuksesan yang berada dalam jalur kebenaran. Ini hanya terwujud bila seseorang mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada pandangan hidup dan standar yang benar. Dan di samping itu, kesuksesan itu harus diraih dengan cara yang benar pula, bukan dengan sembarang cara. Karena amal yang baikl (ahsanul amal) hanya akan diteima oleh Allah dengan 2 syarat. 1. Niat yang ikhlas dan ke-2. Cara yang benar (sesuai hukum syara’). Jadi, kesuksesan yang diraih lewat jalan yang tidak benar, sebenarnya adalah kesuksesan yang semu dan palsu, bukan kesuksesan yang hakiki.

       Demikian pula kiranya dengan dunia mahasiswa/pelajar. Tatkala seseorang ingin menjadi mahasiswa/pelajar yang sukses dalam kuliah/sekolahnya maka pertanyaan kritis yang harus dijawab adalah, apa tujuan dari kuliah/sekolahnya? Standar-standar serta indikator-indikator apa yang dipakai untuk mengukur tercapainya tujuan itu? Apakah tujuan itu sudah didasarkan pada pandangan hidup yang benar?
Antara Fakta Dan Idealita..!!!

       Sahabatku..!!! Dunia saat ini –termasuk Negeri Muslim-- dicengkeram oleh ideologi kapitalisme, yang berasaskan ide sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Dengan demikian, seluruh aspek kehidupan termasuk juga pendidikan, akan terwarnai dan terpola oleh ideologi asing tersebut. Dalam sebuah sistem kehidupan yang menerapkan atau terpengaruh dengan ideologi ini, sistem pendidikan akan senantiasa bersifat sekuleristik. Pendidikan tidak akan memberikan ruang yang cukup bagi agama, sebab agama bukanlah sesuatu yang penting dalam kehidupan. Agama hanya mengatur hubungan pribadi manusia dengan Tuhan, sementara hubungan manusia dengan manusia lainnya, seperti aspek politik, ekonomi, budaya, tidaklah diatur oleh agama.
Karena itu, dapat dilihat bahwa out put sistem pendidikan seperti ini, hanya akan menjadi manusia yang pandai dalam ilmu pengetahuan, namun dangkal dalam pemahaman agama. Para alumnus sistem ini akan menjadi manusia yang sekuleristik, materialistik, oportunistik, dan individualistik. Dikatakan sekuleristik, karena dia akan meletakkan agama dalam posisi terbatas yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya. Sementara aspek interaksi sosial yang luas, dianggapnya tidak perlu diatur dengan agama. Bersifat materialistik, karena tujuan hidupnya hanya mengejar kesenangan duniawi semata, seperti harta benda, jabatan, dan sebagainya, namun lupa akan tujuan akhiratnya. Dikatakan oportunistik, karena cara dia mengukur segala tindakannya adalah berdasarkan manfaat belaka, atau untung rugi, bukan berdasarkan ketentuan halal-haram. Dan bersifat individualistik, karena dia akan menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri, serta kurang menaruh kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Memang manusia seperti ini akan bisa hidup , namun jelas bukan hidup yang benar.

       Dalam sistem sekuleristik seperti ini, sukses tidaknya seorang mahasiswa/pelajar tentunya hanya akan diukur berdasarkan indikator-indikator akademik seperti nilai yang bagus, IPK yag memuaskan, atau menjadi mahasiswa/pelajar teladan dalam bidang akademik, semantara disisi lain kering dari sentuhan nilai dan norma agama. Mahasiswa/pelajar tetap dikatakan sukses setelah dia menyelesaikan studinya dalam waktu sekian tahun, dengan indeks prestasi sekian, meskipun dia dangkal atau bahkan bodoh dalam pemahaman agamanya. Apakah manusia seperti ini yang dikehendaki Islam? Cukupkah kesuksesan mahasiswa muslim hanya diukur dengan indikator-indikator akademik semata yang cenderung sekuleristik itu?

       Sesungguhnya Islam telah menetapkan tujuan dalam sebuah proses pendidikan, yang hanya bisa dicapai bila sebuah sistem pendidikan didasarkan pada ideologi Islam, bukan ideologi kapitalisme seperti yang ada saat ini. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah terbentuknya kepribadian Islam ( Syakhshiyyah Islamiyyah ) yang dibekali dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan (Lihat Muqaddimah Dustur , Taqiyyuddin An Nabhani , hal. 414). Memiliki kepribadian Islam, berarti seseorang mempunyai pola pikir ( aqliyah ) yang Islami, yaitu dia akan menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menilai segala pemikiran yang ada. Di samping itu, dia mempunyai pola jiwa/sikap ( nafsiyah ) yang Islami, yaitu mempunyai kecenderungan perasaan yang Islami dan memenuhi segala kebutuhannya dengan standar Syariat Islamiyah , baik kebutuhan jasmaninya ( al hajat al ‘udlwiyah ), seperti makan dan minum, maupun kebutuhan naluriahnya ( al gharizah ), yang meliputi naluri beragama ( gharizah tadayyun ), naluri mempertahankan diri ( gharizatul baqa' ), dan naluri melangsungkan keturunan ( gharizatun nau' ), beserta segala penampakan ( mazhahir ) yang muncul dari ketiga naluri tersebut.
     
       Adapun ilmu dan pengetahuan yang menjadi bekal hidup, adalah segala jenis ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk kehidupan bermasyarakat, seperti sains dan teknologi beserta segala macam ilmu cabang dan terapannya. Namun demikian, Aqidah Islamiyah harus dijadikan standar dalam hal pengambilan atau pengamalannya. Segala ilmu yang sesuai Aqidah Islamiyah saja yang boleh diambil dan diamalkan. Yang bertentangan dengan Aqidah Islamiyah haram untuk diambil dan diamalkan. Dari segi pengetahuan dan studi, Islam memang membolehkan segala macam ilmu, meskipun bertentangan dengan Islam. Tetapi dari segi pengambilan/pengamalan dan i'tiqad (keyakinan), Islam hanya membolehkan pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Islam, bukan yang lain. ( Ibid ., hal. 413).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan:
  1. Pembentukan kepribadian Islam ( Syakhshiyyah Islamiyyah ), dan
  2. Penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan.


       Dari sinilah seharusnya seorang mahasiswa/pelajar muslim menetapkan indikator-indikator kesuksesannya, sebab dia bukan sekedar beridentitas mahasiswa/pelajar, tetapi juga seorang muslim. Identitas keislaman ini tentu tak boleh dia tanggalkan dan hanya sebatas pelengkap identitas kartu mahasiswa/pelajar saja tapi harus senatiasa menyeratai dan menjadi tolak ukur dalam segala kiprahnya di dunia, termasuk kiprahnya dalam menuntut ilmu di Universitas/sekolah.

Kiat Menjadi Mahasiswa/Pelajar Muslim yang Sukses

       Sahabatku..!!! Dari uraian di atas, kiranya jelas bahwa seorang mahasiswa/pelajar muslim yang sukses dapat dicirikan dengan dengan 2 (dua) indikator: Pertama , Dimilikinya kepribadian Islam ( Syakhshiyyah Islamiyyah ), Kedua , Dikuasainya ilmu pengetahuan yang menjadi bidang studinya. Seorang mahasiswa muslim yang sukses, dengan demikian, adalah mahasiswa yang berhasil memiliki kedua indikator tersebut secara bersamaan. Jadi mahasiswa yang hanya menguasai pengetahuan yang menjadi objek studinya, namun dangkal dalam pemahaman Islamnya, hakikatnya adalah mahasiswa yang gagal . (Meskipun menurut ukuran konvensional yang sekuleristik, dia adalah mahasiswa/pelajar yang “sukses”!).

       Untuk memiliki kepribadian Islam, pada prinsipnya seorang mahasiswa/pelajar harus mempelajari Islam secara mendalam. Dia harus menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai landasan berpikirnya, yang dengannya dia dapat berpikir Islami dengan menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menilai segala pemikiran yang ada. Dia harus juga menjadikan Syariat Islamiyah –yang lahir dari Aqidah Islamiyah— sebagai standar untuk menetapkan kecenderungan(muyul)nya dan memenuhi segala kebutuhannya. Salah satu karakter muslim yang berkepribadian Islam, untuk konteks sekarang, adalah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kondisi umat tak terkecuali mahasiswa/pelajar muslim. Kondisi umat Islam di seluruh dunia yang kini dikuasai oleh ideologi kapitalisme yang kafir, harus membuatnya terhentak dan tersadar dengan keadaran yang penuh dan menyeluruh untuk turut serta dalam proses perubahan menuju kondisi yang Islami. Secara konkret, muslim yang peduli dengan keadaan umat itu akan mengindentifikasikan dirinya sebagai seorang pengemban dakwah ( hamilud dakwah ), sebab metode Islam untuk mengubah kondisi tak Islami menjadi Islami tak lain adalah dengan jalan mengemban dakwah Islamiyah ( hamlud dakwah al islamiyah ).

Untuk menguasai ilmu pengetahuan yang menjadi objek studinya, seorang mahasiswa/pelajar harus sukses secara akademik. Kusman Shadik (1996) memaparkan kiat-kiat praktis untuk mencapai sukses akademik
  1. Kepercayaan Diri

    Sahabatku..!!! Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa Anda punya potensi besar untuk meraih sukses di Kampus/Sekolah, merupakan langkah awal yang perlu dimiliki. Kepercayaan diri ini tentunya adalah kepercayaan yang didasarkan pada adanya potensi intelektual yang nyata, bukan kepercayaan diri palsu yang tidak didasarkan pada potensi intelektual yang nyata atau hanya sekedar berdasarkan ilusi kosong. Rasa percaya diri akan berpola positif apabila ditunjang oleh usaha yang gigih agar potensi intelektual yang ada ini dapat teraktualisai secara optimal dalam kegiatan perkuliahan/sekolah.
  2. Kesehatan, Faktor yang kedua yang tak kalah penting adalah faktor kesehatan. Karena itu, suatu hal yang penting diperhatikan adalah masalah kesehatan tubuh. Berupayalah Anda memiliki kesehatan tubuh yang selalu prima agar Anda dapat mencapai hasil optimal dalam menyelesaikan beban kuliah, responsi, dan praktikum. Menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan cara rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi, dan beristirahat secara cukup. 
  3. Metode Belajar, Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka kita dituntut bukan hanya sekedar “bisa”, tetapi dituntut sampai pada tingkat “memahami”. Sehinga ketika kita dihadapkan pada soal seberat apapun apabila kita telah memahami materi maka insyaAllah kita akan bisa menyelesaikannya. Proses mencapai pemahaman adalah mengkaitkan setiap informasi dengan fakta, atau mengkaitkan fakta dengan informasi. Faktor terpentingnya, adalah informasi. Karenanya, informasi (tentang mata kuliah) harus selalu ditambah. Penambahan informasi selain dari buku wajib dapat dilakukan melalui sarana perpustakaan. Buku-buku yang ada diperpustakaan selain dapat memperluas konsep dasar dari mata kuliah yang bersangkutan juga dapat melatih Anda untuk mengerjakan bentuk-bentuk soal yang biasanya disertakan pada akhir tiap bab. Disamping itu sarana internet dapat juga dijadikan penunjang informasi yang kita butuhkan. Dengan jangkauan yang luas internet dapat dengan mudah membantu kita mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan mata kuliah/pelajaran yang kita ambil baik dari dalam maupun luar. Jadwalkan waktu belajar dengan baik dan belajarlah secara teratur, meskipun waktu ujian atau kuiz masih jauh.
  4.  UjianUjian merupakan momen penting yang menentukan keberhasilan mahasiswa/pelajar dalam suatu mata kuliah. Dalam menghadapi ujian perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
Perasaan tenang dan percaya diri merupakan komponen utama dalam menghadapi ujian. Hindarkan perasaan stress, gugup, atau gelisah yang hanya akan menghancurkan konsentrasi dan menggerogoti daya berpikir kita yang sesungguhnya. Karenanya, berdoalah yang khusyu' sebelum ujian.
Memantapkan secara sempurna tentang topik yang akan diujikan. Yang ideal, pemantapan atau penguasaan mata kuliah hendaknya dilakukan secara bertahap. Bukan secara dadakan atau instan dengan gaya “SKS” (Sistem Kebut Semalam). Penumpukan informasi dalam volume besar dalam waktu yang singkat sangat tidak efektif dan hanya akan memberikan beban yang berlebihan ( over-loaded ) terhadap otak.
Mengenal lebih dini tentang format soal ujian untuk tiap mata kuliah yang biasanya berbeda-beda antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lainnya. Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat pada berkas ujian pada tahun sebelumnya. Hubungan yang baik dengan kakak kelas dalam hal ini tentu akan sangat membantu.

Mempersiapkan langkah teknis ujian akhir dengan baik, seperti KTM, Kartu ujian, pulpen, minimal 2 buah, kalkulator apabila ujian tersebut diperkenankan untuk menggunakan kalkulator. Meskipun sepertinya sepele, namun bila tidak disiapkan secara apik dan cermat, akan bisa mempengaruhi mental kita dalam mengerjakan soal ujian.Semua yang telah disampaikan di atas yang berkenaan dengan kiat sukses dalam meraih prestasi akademik, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar waktu, tenaga, dan potensi yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Penutup
Kiranya menjadi mahasiswa/pelajar muslim yang sukses memang merupakan dambaan. Namun sekali lagi perlu diperhatikan benar, apa indikator “kesuksesan” yang digunakan. Jangan sampai Anda merasa menjadi sukses, padahal sebenarnya gagal. Mahasiswa/pelajar muslim yang sukses adalah mahasiswa/pelajar berhasil meraih 2 (dua) hal sekaligus: Pertama, Menjadi muslim yang berkepribadian Islam, dan Kedua, Meraih kesuksesan secara akademik.
Selain itu, seorang mahasiswa/pelajar yang berkepribadian Islam juga dituntut untuk peduli terhadap keadaan umat, dengan jalan turut serta memikul tanggung jawab dakwah Islamiyah demi terwujudnya tatanan umat dan masyarakat yang Islami
by : Tyo_ramadhani
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Technorati Digg